Cak Imin Bakal Turunkan Pajak Kelas Menengah, Perketat Pajak 100 Orang Terkaya

22 Desember 2023 20:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar saat menyapa masyarakat Tanjung Pura, Sumatera Utara, Jumat (8/12). Foto: Haya Syahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar saat menyapa masyarakat Tanjung Pura, Sumatera Utara, Jumat (8/12). Foto: Haya Syahira/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Slepet, tradisi santri untuk membangunkan sesama santri yang tidur, dipakai cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) untuk mengilustrasikan bagaimana bangsa Indonesia harus bangun dari situasi ketidakadilan.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan Cak Imin dalam debat perdana cawapres pemilu 2024 bertempat di Jakarta Convention Center (JCC) mulai pukul 19.00 WIB, Jumat (22/12/2023).
Debat kedua pilpres itu bertema Ekonomi, Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan.
“Jangan salah, slepet adalah sebuah disrupsi. Disrupsi itu adalah awal dari perubahan,” ujar Gus Muhaimin.
Cak Imin mengungkapkan beberapa fakta ketidakadilan di Tanah Air, di antaranya 100 orang terkaya di Indonesia punya harta lebih besar dari total aset dari 100 juta rakyat Indonesia.
“Bayangkan, 100 orang terkaya punya harta yang lebih besar dari 100 juta rakyat kita. Ini harus kita slepet! Kita pajakin 100 orang terkaya, kita turunkan pajak kelas menengah!” ujar Cak Imin.
ADVERTISEMENT
Ia menyentil bagaimana saat ini, semua harga barang-barang mahal dan tak terjangkau oleh rakyat. “Cabai mahal, beras mahal, telur mahal, semua mahal. Tengkulak-tengkulak jahat, mafia-mafia merajalela. Padahal rakyat sudah kerja, kerja, kerja. Ini harus kita slepet!” jelas dia.
Cicit pendiri NU KH Bisri Syansuri ini pun menyinggung banyaknya pengangguran di Indonesia. Bahkan, mereka yang sedang bekerja pun, sebagian besar tidak bekerja secara optimal. Penghasilannya kembang-kempis.
“Angka pengangguran delapan juta, ditambah 80 juta pekerja informal. Penghasilannya tidak pasti, dompetnya tetap tipis. Ini harus kita slepet!” tegas Cak Imin.
(AI)