news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cak Imin Bicara soal Banyaknya Santri dan Gus Dadakan Jelang Pilpres

29 November 2018 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Kafe Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (9/8/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Kafe Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (9/8/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengomentari fenomena banyaknya tokoh politik yang mengaku santri jelang Pilpres 2019. Bahkan, politikus yang akrab disapa Cak Imin ini mulai mendengar ada tokoh politik menyandangkan kata 'Gus' di depan namanya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini dianggap Cak Imin sebagai upaya tokoh politik menjaring pendukung. Mereka menggunakan simbol agama yang dianggap paling mudah menyentuh pemilih.
"Fenomena simbolik dalam pileg dan pilpres ini sangat menonjol. Simbolik yang paling mudah adalah agama, yang paling menyambung dengan psikologi massa sekaligus menyambung praktik keagamaan sehari-hari. Maka orang berbondong-bondong menjadi gus," kata Cak Imin di DPP PKB, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (29/11).
Cawapres nomor urut 2 Sandiaga Uno berziarah ke Makam Habib Ali Al Habsy di Kwitang. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cawapres nomor urut 2 Sandiaga Uno berziarah ke Makam Habib Ali Al Habsy di Kwitang. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Cak Imin mengatakan saat ini muncul fenomena nama-nama baru yang menggunakan Gus tapi tidak disertai dengan kapasitas agama yang mumpumi. Bahkan, ia menyinggung salah satu Gus baru yakni Gus Milenial. Selain itu, ia pun menyinggung beberapa tokoh yang tiba-tiba menggunakan nama Gus.
"Ada lagi Gus baru namanya Gus Tommy Soeharto, ada lagi cawapres Mas Sandiaga Uno menyebut dirinya santri post-modern. Santri kok langkahi kuburannya Mbah Bisri. Itu enggak modern," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kemudian ada gus milenial, tiba-tiba ada kiai baru tanpa ilmu agama yang dalam. Oleh karena itu harus diantisipasi bahwa kita harus mengikuti kiai ulama yang benar-benar ilmu agamanya dalam," ujar Cak Imin.
Menurutnya, kedalaman ilmu agama menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki bagi seorang kiai. Apabila hanya memiliki ilmu agama yang pas-pasan maka akan sangat berbahaya.
"Kedalaman ilmu agama menjadi sarat. Kalau kedalaman ilmunya pas-pasan, itu bahaya. Orang menyalahkan orang lain, dan seterusnya," pungkasnya.