Untitled Image

Cara Jakarta Intercultural School Mengoptimalkan Kebutuhan Belajar Tiap Siswa

22 November 2021 13:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dalam proses pembelajaran di sekolah, aktivitas belajar tidak selamanya dapat berjalan lancar. Ada saja hambatan yang ditemukan, misalnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Sejatinya, hal tersebut wajar terjadi sebab setiap siswa terlahir unik —masing-masing individu memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.
Ya, tidak ada dua anak yang sama. Meskipun berasal dari kelompok usia yang sama, setiap siswa memiliki perbedaan. Baik dari minat, sikap, hingga cara mereka belajar dan mengembangkan keterampilan dasarnya seperti membaca, menulis, mengeja, berbicara, mendengarkan berpikir, atau berhitung. Sehingga, tidak semua siswa memiliki kemampuan yang baik dalam setiap mata pelajaran.
Sebagai contoh, ada siswa yang pandai dalam hitungan. Ia mampu berhitung dengan cepat. Tetapi di sisi lain, siswa tersebut memiliki kekurangan pada pembelajaran hafalan. Ada juga siswa yang sebaliknya, lamban dalam hitungan dan kurang teliti dalam mengalikan angka-angka, tetapi pandai sejarah perjuangan bangsa Indonesia dengan cepat.
Ilustrasi siswa sedang diberi pendampingan belajar. Foto: Shutterstock.
Karena itulah, diperlukan metode khusus seperti pembelajaran individual sangat diperlukan untuk diberikan dan diterapkan pada masing-masing siswa. Memahami pentingnya menyediakan lingkungan belajar yang benar-benar inklusif bagi siswa dari berbagai tantangan perkembangannya, Jakarta Intercultural School (JIS) menyediakan Student Support Team (SST) yang siap berdedikasi untuk mendukung kebutuhan belajar setiap anak, dari PAUD hingga kelas 12 di sekolah menengah.
JIS Interim Head of School, Maya Nelson mengatakan, kecerdasan tiap siswa untuk menyerap pembelajaran berbeda-beda. Menurut Maya, ada sebagian anak yang mungkin memerlukan bantuan jangka pendek untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan dasarnya. Ada pula yang sebaliknya.
Ilustrasi anak sedang belajar secara daring. Foto: Shutterstock.
“Ada juga anak-anak yang mungkin belajar secara berbeda dan mungkin membutuhkan bantuan lebih lama,” lanjut Maya
Student Support Team (SST) merupakan sekelompok profesional multidisiplin dan berlisensi yang akan mengembangkan strategi untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tak hanya mengatasi masalah akademik, tapi tim ini juga bertugas membantu siswa dalam mengatasi masalah sosial-emosionalnya.
Lebih lanjut, Maya menjelaskan, keberadaan SST juga diperuntukan untuk anak-anak berkebutuhan khusus. “(Layanan) ini termasuk (untuk) anak-anak autisme, yang memiliki kebutuhan khusus dalam berbicara dan berbahasa. (Mereka) mungkin memerlukan dukungan belajar karena kesulitan motorik atau keterlambatan motorik, serta siswa yang mungkin memiliki gangguan pendengaran atau gangguan penglihatan,” kata Maya.
Ilustrasi anak sedang belajar menggambar. Foto: Shutterstock.
SST di JIS terdiri dari spesialis pembelajaran, terapis bicara dan bahasa, terapis okupasi, konselor sekolah, dan psikolog. Mereka bekerja erat sebagai tim yang kohesif dan dengan guru dan orang tua untuk memantau siswa yang mungkin menunjukkan tanda-tanda keterlambatan atau kesulitan dalam pembelajaran atau tonggak perkembangan mereka, kemudian menganalisis kebutuhan mereka dan menyusun strategi rencana perawatan individual.
“Apa yang terjadi pada satu anak bisa sangat berbeda dari apa yang terjadi pada anak lain,” kata Maya.
Maya menekankan bahwa beberapa anak mungkin hanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk memperoleh keterampilan tertentu, beberapa hanya memerlukan dukungan jangka pendek, sementara yang lain mungkin memerlukan perawatan konstan dalam jangka panjang.

Dukungan Orang Tua Juga Diperlukan

Ilustrasi orang tua mendampngi anaknya belajar. Foto: Shutterstock.
Salah satu kesulitan yang dihadapi siswa adalah disfluency –atau yang mungkin lebih dikenal sebagai gagap–, Maya menjelaskan bahwa pengulangan atau gangguan dalam berbicara bisa terjadi pada usia dini. Namun jika gangguan ini berlanjut, terutama setelah usia 5 tahun, anak mungkin memerlukan bantuan terapis wicara.
Kesulitan lain yang mungkin muncul pada usia dini termasuk keterlambatan bahasa dan bicara, kesulitan motorik dan pola perhatian yang berbeda. Ketika anak melewati sekolah dasar, mereka mungkin mengalami kesulitan dengan membaca atau matematika, tanda-tanda serius yang harus diperhatikan adalah saat anak menunjukkan disleksia (kesulitan membaca) atau diskalkulia (gangguan pada kemampuan memecahkan permasalahan matematika).
Pada tahap ini, kata Maya, selain bantuan dari tim profesional SST, juga diperlukan perhatian dan dukungan yang baik dari orang tua. Sebab ada beberapa anak dengan gangguan disleksia yang mampu menyembunyikan ketidakmampuannya.
“Beberapa anak sangat mahir menggunakan akal mereka untuk menyembunyikan hal-hal yang sulit. Misalnya, anak yang mungkin disleksia —memiliki ketidakmampuan membaca— dapat membohongi guru di sekolah dengan berpura-pura [membaca] melalui buku atau melalui halaman."
Lebih lanjut Maya mengatakan, selain guru, partisipasi dan kewaspadaan dari orang tua siswa juga penting meski melihat dan menerima anaknya yang ternyata memiliki kebutuhan tambahan dalam belajar adalah hal yang ‘menakutkan’.
“Untuk hasil terbaik, diperlukan peran guru dan orang tua yang bekerja secara kolaboratif untuk anak.” kata Maya.
Untuk Informasi lengkap mengenai learning center Jakarta Intercultural School, klik di sini.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Jakarta Intercultural School (JIS)
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten