Cara Jika Mau PPKM Darurat Dibilang Efektif: Naikkan Angka Testing dan Tracing

17 Juli 2021 15:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas gabungan TNI dan Polri berjaga di titik penyekatan PPKM Darurat di Jalan Jendral Basuki Rahmat, Jakarta Timur, Kamis (15/7/2021). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas gabungan TNI dan Polri berjaga di titik penyekatan PPKM Darurat di Jalan Jendral Basuki Rahmat, Jakarta Timur, Kamis (15/7/2021). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PPKM Darurat) selama dua pekan ini disebut tidak efektif, melihat penambahan kasus corona masih sangat tinggi setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Menurut Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr Hermawan Saputra, jika pemerintah ingin kebijakan pembatasan ini dikatakan efektif, ada satu pendekatan fundamental yang harus diterapkan: Menaikkan angka testing dan tracing.
Saat ini, testing corona di Indonesia per harinya masih berada di angka 200-250 ribu spesimen per harinya. Angka ini, bagi Hermawan, sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan jumlah kasus aktif yang ada saat ini.
Hal ini mengingat testing di Indonesia cenderung pasif dan bukan aktif, karena masyarakat yang menghampiri fasilitas kesehatan, bukan sebaliknya.
“Kalau sekarang ini kita punya kasus aktif 500 ribu, kasus suspek 220 ribu, jadi kira-kira probable to case itu 750 ribu. Dan itu [testing] harusnya sudah 1,5 juta spesimen per hari,” ungkap Hermawan dalam diskusi virtual Polemik Trijaya, Sabtu (17/7).
ADVERTISEMENT
Hermawan berharap testing di Indonesia ditingkatkan hingga setidaknya mencapai 1 juta spesimen per hari, untuk mengimbangi jumlah kasus probable-nya.
“Kalau kita tidak mampu mengikuti kapasitas testing, berarti kita sudah tidak mampu mengikuti kecepatan laju penyebaran,” tegas dia.
Pentingnya Testing/Tracing yang Cepat dan Masif
Testing dan tracing yang cepat akan sangat membantu Indonesia dalam mengendalikan COVID-19. Menurut Hermawan, terdapat tiga hal yang membuat testing dan tracing masif ini menjadi krusial.
“Apa sih gunanya melakukan testing cepat dan masif? Pertama untuk mitigasi risiko. Jadi kalau kita bekerja atau berbuat sesuatu, kita harus tahu dampaknya, setelah itu apa. Itu gunanya testing cepat,” jelas Hermawan.
Mitigasi risiko ini bersinggungan langsung dengan poin kedua, yaitu untuk menyelamatkan jiwa pasien yang terpapar COVID-19. Jika testing semakin dipercepat dan semakin luas cakupannya, maka jiwa yang bisa tertolong akibat deteksi dini akan semakin tinggi juga.
ADVERTISEMENT
“Dengan testing kita dapat mendeteksi, menangani, menyelamatkan, dan menghindari kematian [akibat COVID-19],” lanjutnya.
Selanjutnya yang ketiga, testing dan tracing memiliki sangkut paut dengan mortality rate atau tingkat kematian akibat corona. Ini bersinggungan dengan poin kedua, yaitu menyelamatkan jiwa dan menghindari kematian akibat COVID-19.
“Laju harian Indonesia tertinggi menurut worldometers, melewati India, Amerika yang memang negara-negara besar ini sempat babak belur. Banyak pasien yang tidak tertangani. Yang terdata hanya kerucut kecil, bongkahan besarnya tidak kelihatan. Itu berkorelasi dengan rumah sakit yang tidak mampu menampung pasien yang datang dan antre tiap harinya,” ujar dia.