Cara Korsel dan Singapura Menekan Penyebaran Corona tanpa Lockdown

4 April 2020 16:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Merlion Park di Singapura setelah penetapan status level oranye.
 Foto: REUTERS/Feline Lim
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Merlion Park di Singapura setelah penetapan status level oranye. Foto: REUTERS/Feline Lim
ADVERTISEMENT
Lockdown bukanlah pilihan yang mudah dalam mengatasi corona. Kegiatan ekonomi dapat lumpuh bila kebijakan itu diterapkan.
ADVERTISEMENT
Terlebih mengunci suatu wilayah berpotensi mengakibatkan kekacauan. India menjadi contoh bagaimana lockdown itu gagal diterapkan.
Berbanding terbalik dengan India, China merupakan negara yang berhasil menerapkan kebijakan lockdown. Saat corona mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, pemerintah China langsung bergerak cepat.
Polisi membubarkan warga dari kerumunan setelah pemerintah India memberlakukan lockdown selama 21 hari untuk menekan penyebaran virus corona. Foto: REUTERS/Anushree Fadnavis
Provinsi Hubei di-lockdown. Kota Wuhan pun bak kota mati. Tapi, kini hasilnya terlihat jelas. Kasus corona di China menurun secara drastis. Per 19 Maret 2020, China melaporkan tak ada kasus baru. Provinsi itu pun kini telah kembali dibuka.
Meski demikian, lockdown bukanlah opsi tunggal untuk menekan penyebaran virus corona. Masih ada cara lain yang bisa ditempuh.
Korea Selatan, misalnya, melacak pusat penyebaran virus dan melaksanakan rapid test kepada rakyatnya. Penyebaran corona di negara itu pun dapat ditekan sedini mungkin.
Infografis Jangan Mudik saat wabah corona. Foto: Kiagoos Aulianshah/kumparan
Korea Selatan juga bukanlah satu-satunya negara yang mengatasi corona tanpa lockdown. Berdasarkan catatan kumparan, Singapura juga memilih penanganan pandemi tanpa mengunci wilayahnya secara total.
ADVERTISEMENT
Lantas, seperti apa cara 2 negara tersebut mengatasi corona?
Korea Selatan
Alih-alih lockdown, Pemerintah Korea Selatan mengambil langkah yang berbeda. Mereka memilih mengkarantina pasien positif dan warga yang kontak dengan pasien tersebut.
Pejalan kaki memakai masker di depan Gereja Grave River di Seongnam, Korea Selatan. Foto: AFP/JUNG YEON-JE
Di Korsel, wabah pertama kali ditemukan di Gereja Yesus Shincheonji, Daegu. Di kota itu, pemerintah sama sekali tak membatasi pergerakan warga. Pemerintah secara persuasif justru meminta warga untuk bekerja sama.
Mulai dari meminta masyarakat tetap berada di dalam rumah, menghindari ruang publik, menggunakan masker, dan selalu menjaga sanitasi.
Selain itu, pemerintah juga melaksanakan rapid test ke warga yang memiliki gejala corona. Tes ini dilakukan secara gratis. Pemerintah Korsel bahkan sanggup melakukan 15 ribu tes per hari.
Petugas kesehatan menggunakan pakaian pelindung memeriksa kendaraan di pusat pengujian drive-through, Seoul, Korea Selatan. Foto: AFP/ Ed JONES
Pemerintah Korsel juga memutuskan untuk jemput bola terhadap mereka yang merasa terpapar corona. Pemerintah menggelar tes yang bersifat drive-thru. Pengemudi tak harus keluar dari mobil dan cukup membuka jendela untuk diperiksa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Pemerintah Korsel begitu transparan dalam menangani wabah ini. Berbeda dengan Indonesia yang cenderung tertutup, Pemerintah Korsel tak sungkan mengumumkan lokasi persis tempat pasien positif corona singgah.
Dilansir Daily Beast, Pemerintah Korsel mengumumkan hal itu melalui belasan sms yang dikirimkan kepada warganya. Isinya kira-kira seperti ini:
Warga Korsel yang menerima pesan itu jadi lebih hati-hati. Mereka yang merasa pernah mengunjungi restoran tersebut tak sungkan untuk melapor ke pemerintah. Dengan begitu angka penyebaran corona pun dapat ditekan.
Berdasarkan data worldometers, puncak kasus baru corona di Korsel terjadi pada 3 Maret 2020, yaitu 851 kasus. Namun setelah itu trend datanya terus menurun. Pada 3 April 2020, kasus baru tercatat hanya 86 kasus.
ADVERTISEMENT
Kini, total kasus corona di Korsel ada 10,062. Sebanyak 6.021 orang di antaranya sembuh dan 174 orang lainnya meninggal dunia.
Singapura
Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang berhasil menekan penyebaran corona. Khususnya menekan penyebaran virus ke tenaga medis. Singapura tahu betul, tenaga medis merupakan sosok penting yang mesti dilindungi.
Orang-orang menunggu stok masker pelindung di apotek di Singapura. Foto: REUTERS/Feline Lim
Menurut laporan South China Morning Post, Singapura bahkan mengungguli AS, Italia, dan Spanyol dalam penanganan pasien di rumah sakit. Singapura memiliki SOP yang ketat dalam merawat pasien positif corona.
Hingga 31 Maret 2020, misalnya, ada 43 tenaga medis yang terpapar corona di Singapura. Jumlah ini lebih sedikit jika dibandingkan kasus positif yang menimpa 5.400 tenaga medis di Spanyol.
ADVERTISEMENT
Singapura hanya mengandalkan persiapan dan perencanaan yang mumpuni. Infrastruktur yang baik di bidang kesehatan itu ditunjang pula oleh optimisme yang ditebar PM Lee Hsien Loong.
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong Foto: AFP/TIMOTHY A. CLARY
Di Singapura, tak ada cerita tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang kurang. Tak ada pula kisah tentang pasien yang berbohong tentang riwayat perjalanannya. Rakyat Singapura satu suara bahwa mereka harus jujur untuk melawan wabah ini.
Selain itu, Singapura juga tegas dalam memantau pergerakan warganya. Singapura memiliki sistem terpadu yang mampu melacak orang-orang yang kontak dengan pasien positif.
Pekerja menjajal pakaian hazmat atau alat perlindungan diri (APD) tenaga medis di Pusat Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Jika ada seseorang yang kontak dengan pasien positif dan memiliki gejala, orang itu akan dibawa ke rumah sakit. Sementara jika orang itu tak memiliki gejala, maka orang tersebut akan dikarantina di rumah secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Singapura terus mengawasi orang yang dikarantina itu secara digital. Caranya dengan mengirimkan sms berisi link yang harus diklik oleh orang tersebut. Link itu menunjukkan di mana lokasi orang itu secara real time melalui GPS.
Singapura juga telah mewanti-wanti orang yang ingin mengakali link sms tersebut. Tak segan ada aparat yang akan menggedor pintu dan menghukum warga yang berbohong.
Warga memakai masker yang dibagaikan terkait wabah virus corona di Singapura. Foto: REUTERS / Feline Lim
Meski tegas, kunci keberhasilan Singapura adalah pada komunikasi. Mereka menggunakan medium yang sangat mudah dipahami warga, yaitu komik. WHO bahkan mengadopsi komik buatan Singapura untuk diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
ADVERTISEMENT
Per 3 April 2020, ada 1.144 kasus positif di Singapura. Total kematian akibat corona di negara itu pun terbilang rendah, yaitu 5 orang. Tingkat kematiannya pun hanya mencapai 0,44 persen.
ADVERTISEMENT
Berbanding terbalik dengan tingkat kematian, tingkat kesembuhan di sana terbilang sangat baik. Kini ada 266 orang yang sembuh. Sehingga tingkat kesembuhannya mencapai 23,25 persen.
=====
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!