Cegah Ikut Demo, Pelajar di Jaksel Wajib Absen Pagi-Sore dan Ada Tugas Tambahan

16 Oktober 2020 13:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Massa aksi ricuh saat unjuk rasa menolak Omnibus Law, di Kawasan Monas, Jakarta, Selasa (13/10). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Massa aksi ricuh saat unjuk rasa menolak Omnibus Law, di Kawasan Monas, Jakarta, Selasa (13/10). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ratusan pelajar terlibat demo ricuh di Jakarta. Padahal, mereka tak tahu betul apa yang dituntut. Satu hal yang membuat mereka bergerak: ikut ajakan teman.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah hal itu terulang lagi. Polres Jakarta Selatan bekerja sama dengan Sudin Pendidikan Jakarta Selatan membuat sistem baru bagi pelajar. Mengingat, pelajar di Jakarta masih belajar dari rumah alias BDR.
Wakapolres Jakarta Selatan, AKBP Antonius Agus Rahmanto dan Sudin Pendidikan Jakarta Selatan di Polres Metro Jakarta Selatan. Foto: Dok. Istimewa
Kasudin Pendidikan Jakarta Selatan, Joko Sugianto, mengatakan nantinya setiap ada demo besar, polisi akan berkoordinasi dengan Sudin Pendidikan Jakarta Selatan. Sudin akan memberi tahu ke setiap sekolah dan diteruskan ke orang tua murid.
Saat hari H, para siswa akan memiliki kewajiban tambahan dalam menjalani belajar di rumah. Salah satunya dengan wajib absen dari pagi hingga sore.
"Jadi saat ini pagi kita kirim ke semua sekolah baik negeri maupun swasta juga intinya anak-anak BDR, belajar dari rumah, lalu absennya pagi siang dan sore, absen dengan waktu itu kan tentunya dia terbatas harus di rumah," kata Joko kepada wartawan di Jakarta, Jumat (16/10).
Massa aksi merusak barikade kawat berduri saat unjuk rasa menolak Omnibus Law, di Kawasan Monas, Jakarta, Selasa (13/10). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Tak sampai di situ, guru nantinya akan memberi tugas tambahan yang harus dikumpulkan hari itu juga. Dengan begitu, tak ada waktu bagi pelajar untuk main di luar.
ADVERTISEMENT
"Ada juga tugas-tugas selain BDR tadi ada tugas tambahan yang dilakukan di atas jam 1 sampai selesai. Nah tugas itu akan disampaikan juga ke gurunya," tambah dia.
Massa yang ricuh saat unjuk rasa menolak Omnibus Law, di Kawasan Monas, Jakarta, Selasa (13/10). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Joko juga meminta sekolah sering menggelar pertemuan virtual antara guru dengan pelajar dan orang tua. Sehingga keberadaan pelajar saat ada demo benar-benar terdeteksi.
"Artinya terjadi diskusi antara pihak sekolah dan murid-murid. Semoga apa yang diharapkan kepolisian, mari sama-sama kita jaga semuanya karena mereka tak tahu apa yang dilakukan," ucap dia.