Cegah Serangan Siber, Wamenhan Kembangkan Teknologi Big Data

14 November 2019 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wahyu Sakti Trenggono menjawab pertanyaan wartawan saat berada di Kompleks Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wahyu Sakti Trenggono menjawab pertanyaan wartawan saat berada di Kompleks Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Wahyu Sakti Trenggono melakukan kunjungan kerja ke Pusdatin, Pushanaiber dan Balitbang Kemhan di Jakarta, Rabu (13/11). Dalam kunjungannya Trenggono mengungkapkan bahwa penggunaan big data yang ideal mampu mengantisipasi serangan di sektor informasi.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu Trenggono mengatakan Kemhan akan memfokuskan pekerjaannya untuk mengembangkan inovasi teknologi dan industri pertahanan. Salah satunya tentang penguatan big data untuk pertahanan nasional.
"Kita butuh big data yang kuat, akurat, dengan arsitektur terintegrasi guna mendukung adanya keputusan strategis bagi pertahanan nasional,” kata Trenggono dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/11).
Kunjungan Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono (kedua kiri) ke Pusdatin, Pushanaiber dan Balitbang Kemhan di Jakarta, Rabu (13/11). Foto: Dok. Kemenhan
Trenggono menilai, tantangan ke depan pertahanan akan lebih sering berhubungan dengan ranah siber. Sehingga, diperlukan big data yang kuat agar serangan tersebut dapat dicegah.
“Kuncinya itu di kemampuan analitik. Soalnya ke depan banyak kecerdasan buatan digunakan untuk serangan cyber. Jadi, selain kekuatan alutsista yang harus dimiliki kita juga harus punya kekuatan siber,” jelas Trenggono.
Trenggono dilantik sebagai Wamenhan pada 26 Oktober oleh Presiden Jokowi untuk mendampingi Menhan Prabowo di Kemenhan. Meski tidak memiliki latar belakang militer, Trenggono akan berfokus mengembangkan sisi lain pertahanan.
ADVERTISEMENT
Trenggono juga sempat menyayangkan pemanfaatan big data yang dinilainya masih kurang di Indonesia. Selain belum ada teknologi yang memadai, orang-orang yang mumpuni terkait hal ini juga masih sangat sedikit. Sehingga, tidak jarang harus menyewa ahlinya langsung.
Padahal, di beberapa negara, big data sudah dikembangkan di bawah Departemen Pertahanan.