Cek Gudang Bulog di Klaten, Ganjar Kritik Mekanisme Penyerapan Gabah yang Rendah

29 Maret 2021 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meninjau gudang Bulog Banaran Delanggu Klaten, Senin (29/3/2021). Foto: Pemprov Jateng
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meninjau gudang Bulog Banaran Delanggu Klaten, Senin (29/3/2021). Foto: Pemprov Jateng
ADVERTISEMENT
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meninjau gudang Bulog Banaran Delanggu Klaten, Senin (29/3). Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui serapan gabah petani saat musim panen tiba.
ADVERTISEMENT
Didampingi Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya, dan Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum, Ganjar melihat stok beras yang ada di gudang itu. Ribuan sak beras tertata rapi di gudang itu.
Ganjar kemudian menanyakan stok beras dan berapa serapan gabah petani selama musim panen ini. Miftahul Ulum mengatakan, Bulog Jateng hanya dapat jatah menyerap 204.000 ton gabah dari petani.
Namun menurut Ganjar, serapan Bulog itu masih terlalu kecil. Padahal, saat ini Jateng memasuki puncak musim panen raya. Menurut laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, sejak Januari-Mei, Jateng sudah surplus 1,6 juta ton.
"Saya ke sini untuk melihat proses serapan, karena bulan April ini kita sedang peak-nya panen raya. Teman-teman di Bulog ini sudah mulai serap, tapi kalau kita bicara produksi kita, hari ini sangat melimpah. Maka penting memastikan gabah petani dibeli dengan harga di atas HPP atau minimal sama dengan HPP," kata Ganjar.
Pekerja memikul karung beras di Gudang Bulog Sub divre Ciamis, Sindangrasa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (30/9/2020). Foto: ADENG BUSTOMI/ANTARA FOTO
Ada masalah yang ditemukannya dari kunjungan itu. Yakni mekanisme penyerapan Bulog yang belum mendukung. Rendahnya penyerapan, kata Ganjar, karena fungsi Bulog yang tidak optimal. Jika dulu Bulog punya program beras miskin (raskin), sekarang program itu tidak ada.
ADVERTISEMENT
"Ini diserap terus, tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya bencana atau operasi pasar (OP). Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya ndongkrok," tegasnya.
Untuk itu Ganjar mengusulkan kepada pemerintah pusat membuat kebijakan baru untuk membantu Bulog menyerap gabah petani. Bulog lanjut dia, bisa diberi tugas yang lebih banyak seperti dulu lagi.
Menurutnya, fungsi Bulog saat ini agak pincang. Di satu sisi diminta menyerap gabah dari petani, tapi keluarnya tidak banyak, hanya untuk stok saja.
"Kalau sistemnya ndak diubah, sudah pasti serapan Bulog enggak bisa bagus. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar," tegasnya.
Ilustrasu gabah dari petani. Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
Butuh terobosan baru kebijakan dari pemerintah pusat terkait hal ini. Kementerian Pertanian atau Kementerian Perdagangan diharapkan membuat terobosan baru.
ADVERTISEMENT
"Saya juga kepikiran, kalau pusat tidak melakukan, maka Pemda harus mengambil tindakan. Sepertinya kita harus punya gudang sendiri, mungkin kita yang melakukan fungsi PSO dan mengambil stok agar petani bisa terbantu. Kalau tidak ada saluran keluarnya, ngendon-nya akan lebih banyak," pungkasnya.
Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum, mengatakan, pihaknya dijatah menyerap gabah petani sebanyak 204.000 ton tahun ini.
"Kami optimis itu tercapai, minimal di atas 75 persen dari target," jelasnya.
Ulum menerangkan, ada kendala Bulog dalam penyerapan gabah petani. Menurutnya, kualitas gabah petani tidak terlalu bagus.
"Kendalanya saat musim hujan kemarin. Jadi banyak gabah yang dipanen lebih awal, karena rusak. Dalam arti terkena banjir padi roboh jadi segera dipanen," terangnya.
ADVERTISEMENT