Cerita 3 Lansia di Tangerang Ditolak Vaksinasi karena Tak Bawa Fotokopi e-KTP

23 Juli 2021 18:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksinasi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksinasi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Siang itu Kamis (8/7/2021) pukul 14.00 WIB, Amira dengan senang buru-buru ke daerah Cikupa dari rumahnya di Rajeg, Kabupaten Tangerang.
ADVERTISEMENT
Ia bergegas bersama ibu, bude, dan pakdenya, setelah mendapat kabar dari ketua RW bahwa ada vaksinasi COVID-19 di gedung Marketing Gallery Suwarna Sutera, Cikupa.
“Info dari Pak RW ada vaksin di lokasi tersebut (Cikupa), disuruh buru-buru ke sana,” ujar Amira kepada kumparan, Jumat (23/7).
Setelah 30 menit perjalanan, mereka sampai di lokasi vaksinasi dan langsung mendaftar. Proses pendaftaran dilalui normal oleh ibu, bude dan pakde Amira, ketiganya berturut-turut berumur 63 tahun, 65 tahun, dan 72 tahun.
Petugas menyiapkan vaksin COVID-19 AstraZeneca saat vaksinasi bagi warga lanjut usia di Madiun. Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo
Proses selanjutnya melalui meja skrining untuk dites tensi darah dan pertanyaan seputar riwayat penyakit lainnya dan semuanya dilalui dengan baik.
ADVERTISEMENT
Bukan karena kondisi kesehatan tidak mendukung, tapi karena tidak membawa fotokopi e-KTP. Padahal mereka membawa e-KTP asli.
"Sudah senang banget bakalan dapat vaksin, mengingat cari vaksinnya juga susah. Eh, ditolak gara-gara enggak bawa copy KTP, padahal sudah ada KTP asli," kata Amira.
Amira sudah memohon agar ketiga keluarganya itu bisa divaksin, tapi sayangnya penyelenggara bersikeras tidak bisa memberikan suntikan pertama vaksin COVID-19 itu. Selain karena salinan e-KTP yang tak ada, juga beralasan waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB.
Amira dan ketiga lansia yang didampinginya akhirnya kembali ke rumah tanpa hasil. Bahkan hingga kini, ketiga lansia itu masih belum menerima vaksin.
Amira sudah mencoba daftar secara daring, tapi tak tautan bisa diakses. Mencoba langsung ke puskesmas justru diminta daftar secara daring. Tanya ke pengurus RT dijawab tak tahu.
ADVERTISEMENT
“Semua dilempar ke sana ke sini,” sesal Amira.
Amira sendiri sudah divaksin di kantor kelurahan. Itu pun didapatkan tak mudah karena kuotanya hanya 55 dosis per kelurahan saat itu.
Amira mengaku kecewa karena keinginan orang tuanya untuk divaksin sesuai dengan anjuran pemerintah justru malah dipersulit.
“Mau vaksin sendiri susah, vaksinnya terbatas, ribet dilempar ke sana ke sini,” komentarnya.
Padahal, kata Amira, mereka lansia yang masuk dalam kategori prioritas kedua setelah tenaga kesehatan. Namun, justru terganjal oleh salinan KTP yang diklaim elektronik-- yang seharusnya memiliki kecanggihan.
Amira menceritakan kisahnya di Twitter menanggapi netizen lain yang terbentur masalah KTP untuk mendapatkan vaksinasi.
Kisah ini menjadi viral. Banyak netizen yang mempertanyakan mengapa e-KTP alias KTP elektronik, tapi masih membutuhkan fotokopi seperti KTP saat masih berupa kertas pada zaman baheula.
ADVERTISEMENT
Apalagi sekarang masa darurat pandemi corona sehingga ada baiknya tidak birokratis demi menyukseskan program vaksinasi pemerintah. Tak ayal, isu "E-KTP" ini menjadi trending topic Twitter.
Laporan: Andika Ramadhan