Cerita Abang Badut Ojol saat Pandemi Corona, Atraksi Online via Zoom

15 Juli 2020 13:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain badut Suharno. Foto: Dok. Suharno
zoom-in-whitePerbesar
Pemain badut Suharno. Foto: Dok. Suharno
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suharno (58) warga Kebayoran Lama, Jaksel, sudah berkecimpung sebagai badut sejak 1991. Sepanjang hidupnya, ia tak menyangka pandemi COVID-19 mengubah jalan kariernya. Kalau dulu, ia harus atraksi langsung di kediaman pemilik hajat. Kini, karena corona, ia diundang via aplikasi rapat daring, Zoom.
ADVERTISEMENT
Kisah Suharno viral ke publik lantaran unggahan di media sosial. Seorang netizen mengunggah kartu nama Suharno setelah memesan makanan melalui aplikasi daring.
"Pesen Gofood ternyata drivernya Pak Harno Badut, terus ditanyain ada anak kecil enggak dan dikasih kartu namanya," tulis pengunggah tersebut.
Kepada kumparan, Suharno mengatakan mendaftar menjadi driver ojek online sejak 2013. Itu pun dilakukan secara bergantian dengan profesinya sebagai badut.
"Sambilan kalau ada badut, Gojeknya libur. Kalau tidak ada badut, ya Gojek," ujar Suharno, Rabu (15/7).
Ia menambahkan, baik penghasilan sebagai driver ojol maupun abang badut sama-sama menurun di tengah pandemi COVID-19. Hanya saja, saat corona, ia biasa melakukan atraksi badutnya melalui ZOOM.
Pemain badut Suharno. Foto: Dok. Suharno
"Kalau corona ada yang mesen tapi enggak bisa dateng, video zoom, online. Ya, enggak ada masalah sih, hanya saja, kalau online kelihatannya kecil, enggak lihat semua orang," katanya.
ADVERTISEMENT
Dalam sekali tampil, ia mematok harga Rp 500 ribu. Terkadang, ia bisa mendapatkan tips dari yang punya hajat Rp 300 ribu dan uang pengganti internet.
Dalam sekali tampil via Zoom, ia bisa menghibur dalam waktu 40 menit. Sangat jauh berbeda ketika datang langsung yang bisa atraksi hingga 90 menit.
"Kalau dateng langsung lebih seru gitu," tuturnya.
Meski begitu, penyewa jasanya tak datang tiap hari. Bahkan, per pekan saja susah. Terkadang ia mendapatkan klien satu orang dalam dua minggu.
"Kalau ngojeknya belum normal banget, masih sepi," pungkas Suharno.