Cerita Buya Syafii soal Drama Kursi Menko PMK untuk Muhadjir: Bahas Sampai Subuh

31 Juli 2021 10:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Kursi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) saat ini ditempati Muhadjir Effendi. Namun ternyata, ada proses alot yang terjadi sebelum akhirnya Muhadjir menepati posisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Muhadjir yang besar dari Organisasi Muhammadiyah ini sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Hingga akhrinya ia naik tingkat dan dipercaya oleh Presiden Jokowi untuk menempati satu dari tiga posisi menko di kabinetnya.
Proses alot tersebut disampaikan oleh Cendekiawan Indonesia yang juga merupakan mantan Ketum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif. Ia bercerita, saat istana hendak mengangkat Muhadjir menjadi Menko, ia mendapatkan telepon dari Mensesneg Pratikno.
"Waktu mau diangkat menko itu ada suatu drama, dramatis itu. Saya terlibat-terlibat itu aja, dikontak Pak Mensesneg, bermula kan PP Muhammadiyah maunya pak Muhadjir tetap menteri pendidikan itu ya, rupanya saya berdebat dengan Mensesneg Pratikno," cerita Buya Syafii dalam diskusi bertajuk '65 Tahun Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Merawat Matahari' secara daring, Jumat (30/7).
Menko PMK Muhadjir Effendy saat meninjau Hotel University Club UGM yang dijadikan shelter corona, Jumat (16/9). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Saat itu, kata Buya Syafii, Presiden Jokowi kukuh menginginkan posisi Mendikbud ditempati oleh Nadiem Makarim.
ADVERTISEMENT
"Lalu Pak Muhadjir bagaimana? dinaikkan jadi menko, jadi rupanya haha, PP kurang sreglah. Berjam-jam tuh sampai subuh itu, akhirnya beliau (Muhadjir) mau," kata Buya Syafii.
Buya Syafii kemudian bicara soal tarik menarik dalam politik. Ia menilai memang tidak mudah menghadapi itu, tetapi PP Muhammadiyah bisa melakukannya.
"Kadang-kadang Muhammadiyah kalau masuk politik kan agak gagap juga gitu, karena Muhammadiyah dirancang bukan untuk urus negara mula-mula dibentuk itu, (tapi) urus bangsa. Urus negara kan konsep politik. Politik kita tahu lah ya, politik itu 2 tambah 2 bisa 7 bisa berapa ya, kalau bangsa itu konsep kultural, kalau kultural itu lebih aman, lebih nyaman," kata Buya Syafii.
Buya Syafii mengatakan, dalam politik itu terdapat macam-macam bentuk. Menurut dia, ada juga politik tinggi dan politik rendah. Posisi Muhammadiyah saat masuk ke ranah politik, adalah mengambil tempat di politik tinggi. Politik ini, dinilai sebagai politik yang bermoral.
Menseneg Pratikno memberikan keterangan pers soal perombakan kabinet. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Terkait drama penempatan Muhadjir di posisi Menko PMK ini, Buya Syafii mengatakan posisi tersebut sempat juga diisi oleh sosok lain. Dia adalah politikus PDIP Tjahjo Kumolo, yang saat ini menempati posisi MenPAN-RB. Jadi, menurut Buya Syafii, sebelum Muhadjir, posisi Menko PMK sempat akan diisi oleh Tjahjo.
ADVERTISEMENT
"Waktu terjadi sedikit ketegangan mau melantik Pak Muhajir, karena membahas berjam-jam, lalu mensesneg kontak saya, ini sementara dipegang oleh Pak Tjahjo, jadi PMK beberapa jam dipegang Pak Tjahjo Kumolo," kata dia.
Namun demikian, pada akhirnya, posisi tersebut bisa diisi oleh Muhadjir.
"Alhamdulillah sekarang sudah tenang, dan mudah-mudahan Pak Muhajir sehat terus, berkiprah dan tetap kritikal ya," pesan Buya Syafii kepada Muhadjir.