Cerita Dokter KPK Periksa Koruptor yang Pura-pura Sakit hingga Lembur karena OTT

21 April 2022 18:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tahanan KPK. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tahanan KPK. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Namanya Shinta Gasenova. Ia mengaku sering disapa dokter Shinta. Wanita berambut sepundak itu adalah memang merupakan petugas kesehatan di KPK.
ADVERTISEMENT
Di lembaga pemberantasan korupsi itu, Shinta ditugasi menangani kesehatan awak pemberantas korupsi. Shinta tidak hanya bertanggung jawab kepada pegawai. Ia juga membantu mengecek kesehatan para tersangka dan tahanan di Rutan KPK.
“Selain itu, saya juga membantu dalam kesehatan tersangka atau tahanan di Rutan KPK itu sendiri,” kata Shinta dalam sebuah tayangan berdurasi sembilan menit yang dibagikan KPK, dikutip kumparan pada Kamis (21/4).
Dokter Shinta mengaku bekerja di KPK tidak berbeda jauh dengan tugas petugas kesehatan di lembaga lain. Namun hal yang menantang baginya, ia harus berhadapan dengan tahanan tersangka korupsi
“Untuk tantangan yang khusus mungkin, yang tidak ada di kantor lain adalah menangani tahanan itu sendiri, ya,” ungkap Shinta.
Tantangan itu ditemuinya karena tahanan yang masuk ke Rutan KPK dalam kondisi berupa-rupa. Mulai dari tahanan yang kaget saat pertama masuk rutan hingga tingkah tahanan yang mencoba mengelabui petugas kesehatan dengan berpura-pura sakit.
ADVERTISEMENT
Kata Shinta, trik-trik ‘kadal’ itu diupayakan para tahanan korupsi agar bisa dirawat di rumah sakit.
“Macam-macam para tahan, ada yang banyak berpura-pura [sakit] gitu, atau mau minta keluar ke rumah sakit, padahal belum tentu sakit,” ungkapnya.
Pengalaman menghadapi tahanan yang tak bisa lekang dari benak Shinta adalah saat menerima intimidasi dari tersangka.
“Kalau yang paling berkesan mungkin tantangan karena beberapa ada yang mencoba mengintimidasi kita, gitu, agar mendapatkan rujukan dan cara-cara mereka berpura-pura,” cerita Shinta.
Intimidasi yang diterimanya pun beragam. Ada tahanan yang marah-marah sampai gebrak-gebrak meja.
“Macam-macam, baik itu marah-marah, gebrak meja,” tambah Shinta.
Ilustrasi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Foto: Shutter Stock
Meski begitu, Shinta juga kadang menemukan tahanan hingga bahkan pegawai yang hanya curhat kepadanya. Tak hanya soal kesehatan, tapi juga soal psikologis.
ADVERTISEMENT
“Ya itu ada, baik pegawai maupun tahan ada yang curhat, gitu, kan, kesehatannya juga kadang kan bukan fisiknya saja, tapi juga psikologinya,” papanya.
Namun yang paling sering dijumpainya adalah tahanan yang shock saat pertama kali masuk Rutan KPK. Para tersangka itu cerita soal ketidakterimaannya menjadi tersangka korupsi.
“Biasanya, sih, mereka, terutama kalau baru masuk ke dalam rutan ya, shock dulu. Cerita ketidakterimaan atau kronologi mereka ditangkap. Kita cuma mendengarkan, sih,” kenangnya.
“Dan jika ada cerita seperti itu, paling kita dengarkan gitu aja kan, karena kita balik lagi kita fokus pada masalah kesehatan,” tambahnya.
Tantangan lain yang ditemui Shinta adalah seperti masalah umum yang dialami petugas kesehatan akhir-akhir ini. Yakni saat menghadapi pandemi COVID-19. Awal-awal pandemi benar-benar memacu kerja keras terlebih ia sebagai garda terdepan kesehatan di KPK.
ADVERTISEMENT
“Tantangannya terutama di saat pandemi ini gimana caranya agar pegawai ini sehat,” ucapnya.
Ia bersama Satgas COVID-19 KPK harus pula mengupayakan agar penularan COVID di KPK dapat terkendali.
“Baik itu di rutan juga, sehingga tahanan juga penyebaran jika ada COVID-19 itu dapat terkendali,” kata Shinta.
Namun usai melakukan berbagai upaya dan bantuan dari pedoman Satgas COVID-19 pusat, Shinta bersama Satgas KPK cukup bisa mengendalikan penularan COVID di lingkungan KPK. Mulai dari pengaturan work from office hingga penerapan protokol kesehatan sebelum masuk ke Gedung KPK.
Sebagai petugas kesehatan, Shinta pun ikut andil bila tim KPK melancarkan operasi tangkap tangan (OTT). Ia harus memeriksa kesehatan mereka para tersangka untuk memastikan mereka ditahan dalam keadaan sehat.
ADVERTISEMENT
“Misalkan kita ada mau ada OTT, tuh, biasanya kita dapat pemberitahuan, memang enggak secara spesifik, apa kapan dan berapa orang yang akan ditangkap, tapi biasanya kita ada koordinasi dengan para penyidik bahwa nanti kita harus standby,” kata Shinta.
Ilustrasi KPK. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Apabila ada OTT, Shinta yang berkantor di ruang kesehatan berukuran 2x3 meter lantai tiga Gedung Merah Putih KPK itu bisa lembur hingga pagi.
“Itu bisa sampai malam, sampai pagi, pernah,” ucap Shinta.
“Nungguin untuk bisa diperiksa kesehatannya, gitu. Karena harus dipastikan mereka termasuk secara sehat,” tambahnya lagi.
Kendati kerap menemui intimidasi dari tahanan dna harus lembur bila OTT, Shinta mengaku tetap bangga sebagai salah satu insan KPK. Ia merasa lewat keahliannya sebagai ahli medis, bermanfaat untuk pemberantasan korupsi,
ADVERTISEMENT
“Dengan menyehatkan pegawai dan juga membantu kesehatan di rutan itu setidaknya secara tidak langsung membantu pemberantasan korupsi itu sendiri,” kata dia.
Semangat Pemberantasan Korupsi dengan Meniru Kartini
Cerita dokter Shinta di atas dipublikasikan KPK dalam rangka memperingati Hari Kartini, 21 April 2022. Tujuannya, untuk menunjukkan ketangguhan perempuan dalam pemberantasan korupsi. Di mana sektor itu dipandang hanya menjadi bagian laki-laki.
Dokter Shinta sendiri melihat Kartini sebagai perempuan hebat dan tangguh. Ia patut menjadi contoh bahwa perempuan juga bisa, termasuk dalam hal pemberantasan korupsi.
“Kartini itu wanita hebat yang berani, dan punya gebrakan di Indonesia,” kata Shinta.
“Mungkin kita bisa ikut mencontoh, kalau kita sebagai wanita juga bisa, punya andil besar baik untuk negeri kita, untuk orang sekitar dan keluarga,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dalam hal pemberantasan korupsi, ia malah melihat perempuan punya andil yang lebih besar. Sebab, pendidikan pertama lahir dari keluarga, dan edukasi berlaku jujur datang pertama kali dari keluarga dan perempuan.
“Jadi nggak cuma pria aja, tapi kita walaupun kita wanita kita juga bisa,” ungkap Shinta.
“Apalagi sebagai wanita kalau kita punya anak, kita akan memberikan pelajaran pertamanya itu pada anak bahwa korupsi itu tidak baik,” tambah Shinta.
Sebagai insan KPK, dokter muda itu berpesan kepada para perempuan agar tetap berjuang dan memberantas korupsi, walaupun tak bekerja di KPK.
“Walaupun kita bekerja di rumah pun kita bisa, dengan cara mengedukasi anak-anak, keluarga dan juga orang-orang di sekitar,” imbuhnya.