CEO dan Founder Es Teh Indonesia, Haidhar Wurjanto.

Cerita Founder Es Teh Indonesia, Ciptakan Merek Dagang dari Ide Receh

26 Oktober 2021 20:37 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Merek dagang bisa diartikan sebagai wajah awal dari adanya suatu produk. Menciptakan merek dagang pun susah-susah gampang.
ADVERTISEMENT
Menurut CEO dan Founder Es Teh Indonesia, Haidhar Wurjanto, menciptakan merek dagang bisa dimulai dari suatu ide dan gagasan yang simpel, unik, dan receh.
Ia pun berbagi cerita saat awal membuat merek dagang 'Es Teh Indonesia'. Idenya cukup simpel dan receh, karena melihat es teh adalah minuman yang begitu digandrungi semua kalangan masyarakat Indonesia.
"Es Teh Indonesia berawal dari hal receh, ngobrol dengan teman-teman, kita cari yang bisa dinikmati semua orang, semua kalangan, kita ngobrol, ketemu teh, karena teh ternyata merupakan komoditi nomor dua, nomor satu air putih, nomor tiga kopi, es teh ternyata lebih dinikmati daripada kopi," ungkap Haidhar saat webinar 'Bebas Sengketa Lewat Merek Dagang dan HKI lainnya' dalam Festival UMKM kumparan 2021 secara daring, Selasa (26/10).
CEO dan Founder Es Teh Indonesia, Haidhar Wurjanto. Foto: Dok. Es Teh Indonesia
Dari ide receh tersebut, Haidhar berpikir agar es teh yang selama ini dianggap minuman biasa menjadi produk yang istimewa. Ia dan tim pun mengupayakan berbagai cara kreatif dan inovatif, mulai dari membuat merek dagang dan branding yang unik, packaging yang baik, hingga pengelolaan bisnis yang profesional.
ADVERTISEMENT
"Dari semua orang minum teh, lalu gimana kita istimewakan produk ini? branding, packing, dan lain-lain. Apa itu Es Teh? Teh yang didinginkan dengan es batu, lalu yang membedakan juga dikelola secara profesional, dengan inovasi, gimana cara produk teh dikelola secara profesional, inovasi, kreativitas tinggi," ujarnya.
Menurutnya, merek dagang yang simpel malah lebih mudah diterima konsumen.
"Brand sangat berpengaruh, bagaimana logonya, font-nya mewakili brand tersebut. Es teh kan produk sederhana simpel, diminati semua orang, spiritnya es teh, makanya yang simpel, jelas, pengucapan yang jelas, motonya dengan kekuatan receh, malah jadi demand yang besar, apalagi sekarang market overload informasi, sangat dibutuhkan yang simpel, jelas, singkat, padat," kata Haidhar.
Pada akhirnya merek dagang 'Es Teh Indonesia' pun viral dan berkembang pesat. Kini, sudah ada 20 cabang dan ditargetkan bisa berkembang hingga 100 cabang.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan itu, Haidhar tak lupa memperhatikan masalah perlindungan merek dagangnya, jangan sampai seiring dengan majunya usaha, merek dagangnya malah dipakai pihak lain.
"Untuk melindungi merek kita, kita mencegah persengketaan ke depannya, karena udah capek-capek, jangan sampai ada yang mirip-miripin, karena bisa bikin konsumen bingung (dengan merek yang sama)," terangnya.
Perlindungan merek dagang itu melalui pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sejak awal ke Dirjen Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham. Menurutnya, upaya ini penting agar merek dagang yang dimiliki tak ditiru orang lain, sehingga mencegah adanya sengketa.
"Lebih baik siapin (merek dagang) untuk mencegah, dan pada akhirnya kita daftarkan. Tiap mau bisnis cek dulu ke web (DJKI) dan konsultan HKI-nya," imbaunya.
Langkah mendaftar merek dagang. Foto: kumparan
10 tahun mengembangkan bisnisnya, Haidhar mengaku pernah menghadapi sengketa merek dagang karena ada pihak yang mencoba meniru 'Es Teh Indonesia'. Ia pun harus menyelesaikan masalah ini secara musyawarah agar tak berlarut dan mempengaruhi loyalitas konsumen.
ADVERTISEMENT
"Masalah ada ya, mungkin saat ini es teh itu viral, ada gula ada semut, yang miripin banget ya ada, pada akhirnya waktu itu 1 bulan, ada 20 usaha yang mirip dengan Es Teh Indonesia, logonya hampir sama, Yang bikin khawatir kami, jadi membingungkan konsumen kita," terangnya.
"Penyelesaiannya menghubungi yang bersangkutan, kita juga ada lawyer yang menghubungi untuk bermusyawarah. Mengganti brand yang kita arahkan, kalau sampai persidangan belum," imbuhnya.
Di sisi lain, Haidhar juga mengaku pernah hampir menggunakan merek dagang pihak lain. Ia pun langsung mengubah merek dagangnya itu. Dengan adanya pengalaman-pengalaman ini, ia menjadi lebih menghargai setiap merek dagang yang ada dan penting untuk melindungi merek dagang miliknya.
"Saya juga pernah dengan treatment yang serupa, karena waktu itu (ada produk) kekinian, kita bikin produk yang sama dengan 'Oreo', kita pakai 'Oleo', yang hampir mirip, kita kan takut, akhirnya kita ganti nama. Jadi dari segi dua-duanya (ditiru dan menggunakan merek dagang pihak lain) kita rasain, kita menghargai itu," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
---------------------------------
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com. Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten