Cerita Ganjar Kunjungi Pusat Isolasi Desa Klaster Corona Demak: Lho, Ini Kosong

22 Juni 2021 11:14 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau relawan satgas Jogo Tonggo serta tempat isolasi yang diperuntukkan bagi pasien OTG COVID-19 di Kelurahan Mangunjiwan, Kabupaten Demak, Jum'at (18/6). Foto: Pemprov Jawa Tengah
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau relawan satgas Jogo Tonggo serta tempat isolasi yang diperuntukkan bagi pasien OTG COVID-19 di Kelurahan Mangunjiwan, Kabupaten Demak, Jum'at (18/6). Foto: Pemprov Jawa Tengah
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Jumat (18/6) melakukan sidak penanganan COVID-19 ke Kabupaten Demak. Sejumlah lokasi didatangi Ganjar di Kota Wali itu. Di antaranya adalah proses vaksinasi di Puskesmas 3 Demak, RSUD Sunan Kalijaga Demak, serta dua program jogo tonggo di Desa Mangunjiwan, Kecamatan Demak, dan Desa Jetaksari, Kecamatan Sayung.
ADVERTISEMENT
Saat meninjau tempat isolasi terpusat di Desa Mangunjiwan dan Desa Jetaksari, Ganjar tidak menjumpai satu pun pasien COVID-19 yang diisolasi di sana. Padahal, dua desa itu termasuk zona merah, karena kasus COVID-19 di sana tinggi.
Saat masuk ke tempat isolasi terpusat Desa Mangunjiwan misalnya, Ganjar hanya melihat ruangan kosong dengan kasur yang masih bersih. Padahal di desa itu, ada 50 kasus positif COVID-19.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau relawan satgas Jogo Tonggo serta tempat isolasi yang diperuntukkan bagi pasien OTG COVID-19 di Kelurahan Mangunjiwan, Kabupaten Demak, Jum'at (18/6). Foto: Pemprov Jawa Tengah

Warga Memilih Isolasi di Rumah

Hal serupa juga dilihat Ganjar saat mengunjungi tempat isolasi terpusat Desa Jetaksari. Di desa dengan 34 kasus positif COVID-19 itu, tak ada satu pun yang diisolasi di tempat isolasi terpusat.
"Lho ini kosong, katanya ada yang positif," tanya Ganjar pada kepala desa dan bidan desa setempat pada saat itu, seperti tertulis dalam rilis Pemprov Jateng, Selasa (22/6).
ADVERTISEMENT
Bidan Desa Mangunjiwan, Ririn, pada saat itu menerangkan ke Ganjar, bahwa di desanya itu ada 50 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Sebanyak 21 orang masih menjalani isolasi mandiri di rumah, sementara 27 orang dinyatakan sembuh dan dua lainnya meninggal dunia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau relawan satgas Jogo Tonggo serta tempat isolasi yang diperuntukkan bagi pasien OTG COVID-19 di Kelurahan Mangunjiwan, Kabupaten Demak, Jum'at (18/6). Foto: Pemprov Jawa Tengah
"Mereka memilih isolasi di rumah, Pak, soalnya lebih nyaman," kata Ririn.
Bupati Demak, Esti'anah yang mendampingi Ganjar mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan tempat isolasi terpusat dengan kapasitas 104 kamar. Beberapa waktu lalu sempat terisi empat pasien, tapi saat ini sudah kosong.
"Isolasi terpusat kami masih kosong, Pak, ada 104 kamar. Kemarin sempat merawat, tapi karena sudah sembuh maka dipulangkan," kata Esti'anah.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau relawan satgas Jogo Tonggo serta tempat isolasi yang diperuntukkan bagi pasien OTG COVID-19 di Kelurahan Mangunjiwan, Kabupaten Demak, Jum'at (18/6). Foto: Pemprov Jawa Tengah
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, Gufrin menambahkan, Pemkab Demak memiliki dua tempat isolasi terpusat yakni Wisma Hasanah dan gedung BKPP dengan kapasitas 104 kamar. Tapi, sampai saat ini tempat isolasi terpusat itu masih kosong.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, kami juga memiliki posko-posko Covid-19 di desa sebanyak 356 dengan total kapasitas 1.400 lebih. Jadi, masih ada ruangan cukup banyak," ucapnya.

Waspadai Klaster Keluarga

Melihat kondisi itu, Ganjar pun meminta Pemkab Demak melakukan pemantauan ketat. Sebab jika tidak, klaster keluarga akan semakin banyak muncul di Demak.
"Kalau rumahnya tidak terlalu bagus, saya sarankan lebih baik diedukasi dan dibawa ke isolasi terpusat. Tapi kalau rumahnya cukup bagus dan ada ruangan khusus, bisa diambilkan satu kamar dan dipastikan dia tidak bergerak kemana-mana," katanya.
Bidan desa serta Satgas COVID-19 lanjut Ganjar harus turun memastikan protokol kesehatan dijalankan secara ketat. Sebab kalau tidak, isolasi mandiri di rumah memiliki risiko cukup besar.
"Resikonya kalau kemudian tidak mau diisolasi terpusat, seluruh anggota keluarga berpotensi tertular. Itu resikonya, jadi kenapa saya selalu mendorong agar semua yang positif diisolasi terpusat untuk menghindari yang lain tertular," kata Ganjar.
ADVERTISEMENT
"Kecuali kalau satu rumah positif semuanya, maka lebih mudah. Dikunci saja di rumah, tidak boleh pergi-pergi selama menjalani isolasi," pungkasnya.