Cerita Kadinkes DIY soal IGD RS Penuh karena Antrean Pasien Corona

11 Januari 2021 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rumah sakit Foto: Pxhere
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah sakit Foto: Pxhere
ADVERTISEMENT
Kasus corona yang terus bertambah setiap hari membuat petugas kesehatan harus ekstra kerja keras. Hal ini pula yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dinas Kesehatan DIY membeberkan antrean pasien corona pun sering tak terelakkan.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie tak menampik ada pasien corona yang harus sampai mengantre di IGD. Menurutnya hal itu bukan karena tempat tidur pasien penuh, tapi karena sejumlah kondisi.
"Kami harus mengatakan bahwa sebenarnya IGD ini bukan tempat untuk merawat dalam waktu yang panjang tetapi dalam kondisi darurat kita mintakan persetujuan kementerian, mereka (pasien) bisa dirawat di IGD," kata Pembajun saat konferensi pers virtual via Zoom dengan wartawan, Senin (11/1).
Dia menjelaskan untuk merujuk pasien bukan hanya soal ketersediaan ruang tetapi juga tenaga yang ahli juga harus disiapkan.
"Dirawat mengantre di IGD ya itu tadi karena memang di rumah sakit rujukan tertinggi ini perlu kondisi tertentu," katanya.
ADVERTISEMENT
Soal kondisi tertentu yang dimaksud adalah pemberlakuan sistem kohorting. Hal ini membuat, bed tidak bisa terisi meskipun kosong. Kohorting adalah menempatkan pasien terinfeksi atau kolonisasi patogen yang sama di ruang yang sama.
"Misal di rumah sakit A ada bed kosong tetapi di dalam 1 ruangan ada 2 bed, tapi kalau di rumah sakit A, 1 ruangan ada 2 bed 1 diisi pasien putri kan tidak mungkin satunya diisi pasien putra," kata Pembajun.
Contoh yang lain, dalam satu ruangan besar satu bed diisi pasien dewasa. Ketika ada pasien anak masuk maka tidak bisa meskipun ada bed yang kosong.
"Ketiga, ada bed kosong tetapi dia selain COVID punya penyakit infeksi lain misal TBC atau komorbid, tidak bisa jadi satu karena penanganannya berbeda," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, rumah sakit biasanya juga menyediakan 1 sampai 2 bed yang diperuntukkan kepada internal. Hal ini lumrah, tujuannya agar tenaga kesehatan yang menangani corona segera dirawat apabila terpapar.
"Susah cari rujukan dan lain-lain, antara lain kondisi seperti ini mungkin yang teman-teman media tidak pirsa (ketahui) masyarakat tidak pirsa (ketahui).
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinkes DIY Yuli Kusumastuti menjelaskan memang sering terjadi seolah-olah rumah sakit menolak pasien corona. Padahal yang terjadi tidak demikian.
"Tempat perawatan itu sudah full kemudian pada suatu hari pelaporan terjadi sudah kosong 1 (tempat tidur). Kemudian terbaca kosong 1, pasien luar datang mau masuk, nanti dulu karena dari IGD sudah ngantre," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi seolah-olah ini kosong kenapa ditolak, itu karena yang masuk di IGD lebih dulu (masuk ke tempat perawatan). Ini salah satu dinamika di lapangan seperti itu," katanya.
Di DIY sendiri total ada 27 rumah sakit rujukan. Dari jumlah tersebut ada 76 tempat tidur ICU atau kritikal dan 652 tempat tidur untuk non kritikal.
Dari data Dinkes DIY, per 10 Januari penggunan tempat tidur di rumah sakit rujukan masing-masing tempat tidur kritikal tersisa 25 dari jumlah total 76. Kemudian tempat tidur non kritikal tersisa 60 dari jumlah total 652.