Cerita Korban Selamat Bom Gereja di Surabaya Setelah Setahun Berselang

13 Mei 2019 21:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ipda Ahmad Nur Hadi. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ipda Ahmad Nur Hadi. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang laki-laki berambut cepak tampak duduk di atas kursi roda saat memasuki Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya. Dia datang bersama sang istri, Nunung Ifana, dan sejumlah polisi. Sejumlah orang yang mengikuti acara peringatan satu tahun pengeboman gereja itu sontak menyalaminya.
ADVERTISEMENT
Laki-laki itu ada Ipda Ahmad Nur Hadi. Dia merupakan seorang polisi yang ikut menjadi korban pengeboman yang terjadi pada 13 Mei 2018.
Ahmad bercerita, setiap Minggu, dia selalu bertugas sebagai Tim Patroli Sabhara untuk melakukan pengamanan di gereja. Pada 13 Mei 2018, dia tak menyangka bakal ada peristiwa yang mengubah hidupnya.
"Saya waktu sedang ada di pos bagian selatan pintu masuk. Di depan pos itu ada meja kursi. Saat pelaku masuk, kita sedang duduk dan langsung meledak. kita enggak ada yang nyangka," ujar Ahmad di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Senin (13/5).
Akibat bom yang meledak di dekatnya,Ahmad terluka parah pada bagian mata dan kakinya. Namun, matanya tidak bisa diselamatkan. Sedangkan, kakinya tengah dalam pengobatan.
Suasana peringatan 1 tahun pasca tregedi bom Surabaya di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
Ahmad mengaku, tetap semangat menjalani hidupnya selepas bom Surabaya. Menurut dia, musibah itu bagian dari perjuangan dan dedikasinya menjaga keamanan sebagai anggota Kesatuan Polisi Republik Indonesia.
"Tapi saya sebagai anggota Polri tetap semangat. musibah bagi Indonesia itu," ujarnya.
Setelah peristiwa tersebut, Ahmad hanya berharap, masyarakat lebih berhati-hati dan waspada dengan lingkungan sekitar. Terlebih, kepada orang yang tak dikenal.
"Kalau ada yang mencurigakan sekitar lingkungan kurang baik, segera melapor biar segera ditindaklanjuti. Perilaku orang baru di sekitar lingkungan. Tetap waspada di lingkungan masing-masing biar kejadian itu tidak terjadi lagi," terangnya.
Foto korban tregedi bom Surabaya di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Selain Ahmad, Weni Angelina juga hadir dalam acara tersebut. Dia adalah, ibu kandung korban meninggal dunia Vincentius Evan Hudojo (11) dan Nathanael Ethan Hudojo (8). Meski anaknya sudah meninggal setahun silam, Weni masih merasa kehilangan.
ADVERTISEMENT
"Peringatan ini buat saya juga baik untuk dilaksanakan. Mengenang peristiwa yang membuat saya kehilangan anak-anak saya," kata Weni.
Kendati demikian, Weni mengaku tak ingin berlama-lama mengenang tragedi yang merenggut kedua anaknya. Kata Weni, tragedi itu cukup dikenang bersama doa-doanya.
"Tapi juga bukan untuk disedih-sedih kan terus. Semua kehidupan kan berjalan terus ke depan. Enggak bisa mundur kebelakang. Jadi ya dengan doa kita lalui bersama sama," ujarnya.
Pengeboman di Surabaya pada 13 Mei 2018 menyerang tiga gereja yaitu Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Akibat pengeboman ini ada 28 orang tewas, termasuk pelaku bom bunuh diri.