Banjir Cipinang Melayu, Evakuasi

Cerita Legiah Bertahan 7 Jam di Atap Saat Banjir Cipinang Melayu

2 Januari 2020 11:03 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Legiah (59) warga RT 1 RW 4, Cipinang Melayu Jakarta Timur, terlihat sedang menjemur ijazah SMA milik putra bungsunya. Foto: Ulfa Rahayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Legiah (59) warga RT 1 RW 4, Cipinang Melayu Jakarta Timur, terlihat sedang menjemur ijazah SMA milik putra bungsunya. Foto: Ulfa Rahayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Legiah (59), warga RT 1 RW 4, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, terlihat sedang menjemur ijazah SMA milik putra bungsunya.
ADVERTISEMENT
"Ini satu-satunya modal anak saya kalau ngelamar kerja," kata Legiah, di pelataran Universitas Borobudur, Jakarta Timur, Selasa (2/1). Legiah salah satu korban banjir setelah hujan deras di malam pergantian tahun baru 2020.
Legiah yang sudah menjadi warga Cipinang Melayu sejak tahun 1996 sudah terbiasa dengan datangnya banjir saban tahun. Sehingga surat-surat dan barang berharga selalu diletakkan di lemari bagian paling atas. Saat hujan deras mengguyur, ia terus memantau debit air di selokan depan rumah.
"Saya cek terus tuh selokan depan, setelah nonton dangdut tahun baru, sekitar pukul 02.00 WIB saya cek, oh surut berarti enggak jadi banjir," tutur Legiah.
Petugas mengevakuasi warga yang terjebak banjir di Cipinang Melayu, jakarta Timur, Rabu (1/1). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Ia lalu terlelap tidur dengan tenang. Namun, perkiraan Legiah kali ini keliru, hujan terus mengguyur, bahkan lebih deras jelang pukul 03.00 WIB dini hari.
ADVERTISEMENT
"Saya tidur menggelar kasur lantai, pukul 02.30 WIB pagi air masuk, lalu pindah ke ranjang," kata Legiah. Ia punya ranjang yang relatif lebih tinggi dari ranjang biasanya, khusus untuk bertahan dalam banjir.
Tapi ranjang khusus itu juga tak bertahan lama, pukul 04.00 WIB air sudah mencapai atap. Legiah, putranya, menantu, dan satu cucunya yang berusia 4 tahun menjebol atap rumah dan bertahan di atap.
"Kami bertahan di atap kegerimisan. Lalu sama tetangga lain yang rumahnya punya dua lantai kami di lemparin payung, air minum, sama indomie satu bungkus," kata Legiah. Satu bungkus indomie itu berhasil membuat tangis cucunya mereda.
Sekitar pukul 05.00 WIB pagi ada remaja laki-laki yang nyangkut di jendela rumahnya, remaja tersebut baru pulang merayakan tahun baru dan hanyut terbawa arus banjir. Mereka berlima lalu mendapat bantuan dari tim SAR sekitar pukul 11.00 WIB siang dan akhirnya dievakuasi ke Universitas Borobudur.
ADVERTISEMENT
Saat ini pengungsi di Universitas Borobudur sebanyak 926 jiwa yang terdiri dari 265 KK. Di antaranya ada 114 balita, 51 lansia, dan 8 ibu hamil, 122 SD, 38 SMP, 26 SMA.
Pengungsian korban banjir di Cipinang Melayu Jakarta Timur. Foto: Ulfa Rahayu/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten