Cerita Pawang di Lombok Halau Hujan saat Peresmian Sirkuit Mandalika

25 November 2021 18:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pawang hujan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pawang hujan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Mendadak, itulah yang Damai Santoso (49) rasakan saat diminta untuk menghalau hujan di acara peresmian Sirkuit Mandalika yang dihadiri Presiden Jokowi pada Jumat (12/11).
ADVERTISEMENT
Ia baru dihubungi oleh panitia pada Kamis (11/11) sekitar pukul 23.00 WITA. Meski begitu, ia menyanggupinya. Hanya saja, ia datang ke lokasi pada Jumat (12/11) pagi.
Pria yang akrab disapa Amaq Daud itu memang sudah menjadi langganan panitia di Lombok Tengah dalam mengusir hujan. Salah satunya adalah ulang tahun Lombok Tengah yang biasanya diselenggarakan pada pertengahan Desember.
"Pada Jumat itu terburu-buru. Pagi Jumat sudah hujan. Sempat tanya ke panitia kapan Jokowi datang. Mungkin jam 10.00 atau jam 11.00 [jawab panitia]," ujar Daud kepada kumparan, Kamis (25/11).
Ia datang ke lokasi sekitar pukul 08.30 WITA. Hujan masih turun dari semalam. Setelah diizinkan masuk ke lokasi, ia kemudian menyiapkan sejumlah persyaratan sebelum membacakan doa.
Aksi Presiden Jokowi dan sejumlah menteri naik moge jajal bypass dan Sirkuit Mandalika, Jumat (12/11). Foto: Dok. Kementerian PUPR
"Syarat berbentuk barang, sapu lidi yang pernah digunakan di sana, cabe merah segar, garam, tempat sesajen, beras, telur, benang dari kapas, mau ngasih [uang] isinya mau seribu, seratus ribu terserah," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian meminta kepada Tuhan agar hujan tidak diturunkan di lokasi. "Bisa karena Allah ya. Kalau tidak izin Allah nggak bisa," tegasnya.
Selain merapal doa dan menyiapkan syarat, Daud juga harus menahan pantangan. Larangan itu berupa, kencing, kentut, dan buang air kecil selama di lokasi.
Ia mengikuti Jokowi ke mana pun pergi dengan tidak melanggar pantangan tersebut. Ada tiga lokasi yang ia datangi. Salah satunya adalah area balapan Sirkuit Mandalika.
"Kita menghadap Khalik (Tuhan) harus bersih, harus puasa, bukan minta ke jin. Kita minta Yang Kuasa, yang bisa menjatuhkan atau menghentikan hujan. Jam 10.00 WITA sudah mulai berhenti hujannya. Jam 10.25 Jokowi sampai di sana," ujarnya.
Sejumlah kru tim WorldSBK membawa motor dan peralatannya kembali ke paddock dari grid start saat hujan deras mengguyur Pertamina Mandalika International Street Circuit. Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu
Hujan benar-benar berhenti, kata Daud. Bahkan cuaca langsung curah di hari itu. Padahal hujan turun sejak Kamis (11/11) malam hingga Jumat (12/11) pagi.
ADVERTISEMENT
Warga Dusun Sangkung, Desa Bangket Parak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, itu mengaku tak ada proses 'belajar' dalam menghalau hujan.
Ia hanya menggunakan insting dalam kemampuan itu. Meski begitu, ia mengaku, ada leluhurnya yang memiliki kemampuan mengendalikan hujan.
"Jam 16.00 kita dihubungi sama panitianya sudah sampai di sini [nahan hujan]. Saya balik [ke rumah]. Belum satu kilometer ke rumah, terus hujan," ujarnya.
Ia tak pernah mematok tarif dalam menghalau hujan. Sebab, ia hanya berusaha menolong. Apalagi, yang datang adalah Jokowi. Ia bangga daerahnya dikunjungi oleh orang nomor satu di Republik ini.
"Saya sampaikan [hanya membantu]. Bersyukur bisa membantu. Bukan pekerjaan sehari-hari. Saya sehari-hari semua pekerjaan bisa, petani bisa, tukang bisa," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku, panggilan sebagai pawang hujan terkait dengan ramalan BMKG. Jika ramalan cuaca akan hujan, biasanya panitia akan menghubungi Daud.
"Kalau BMKG enggak hujan, kita enggak dipakai [dipanggil]. Dan bukan pekerjaan kita sehari-hari," pungkasnya.
Hujan di area Sirkuit Mandalika sempat menganggu jalannya acara WSBK. Balapan yang direncakan pada Sabtu (20/11) terpaksa ditunda karena hujan.