Cerita Pengusaha Kopi dan Yogurt yang Makin Sukses Setelah Gabung Jakpreneur

16 Oktober 2021 19:11 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bisnis kopi organik Mozass Healthy Laboratory binaan Jakpreneur. Foto: Dok. Pribadi/Carlo Mozass
zoom-in-whitePerbesar
Bisnis kopi organik Mozass Healthy Laboratory binaan Jakpreneur. Foto: Dok. Pribadi/Carlo Mozass
ADVERTISEMENT
Carlo Mayer Mozass Putra (36) pemilik usaha kopi organik 'Mozass Healthy Laboratory' adalah salah satu pengusaha yang ikut program Jakpreneur milik Pemprov DKI di bawah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (DPPKUKM).
ADVERTISEMENT
Awalnya, ia tidak mengetahui bahwa untuk menjalankan usaha di Jakarta harus memiliki izin edar dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
PIRT ini merupakan salah satu upaya Dinas PPKUKM agar mendorong produk-produk binaan Jakpreneur bisa memperoleh izin edar.
Bisnis kopi organik Mozass Healthy Laboratory binaan Jakpreneur. Foto: Dok. Pribadi/Carlo Mozass
"Awal mulanya saat saya mau taruh barang di toko, toko itu minta PIRT. Dari situ saya baru sadar kalau di Indonesia ada izin edar. Jadi saya coba cari bagaimana cara membuatnya, saya browsing dulu. Ada yang memberi tahu saya untuk ke kantor wali kota supaya dapat Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan ke kantor kecamatan untuk mendapatkan PIRT," jelas pria yang usahanya berlokasi di Jakarta Utara itu, Jumat (16/10).
Demi mendapatkan PIRT, Carlo harus mengikuti sejumlah kelas pelatihan, salah satunya untuk meraih sertifikat PKP.
ADVERTISEMENT
"Saya ikuti kelas sertifikat PKP dulu, kemudian baru ajukan PIRT. PIRT sendiri harus dibawa ke laboratorium dan dicek hygiene-nya," tuturnya.
Bisnis kopi organik Mozass Healthy Laboratory binaan Jakpreneur. Foto: Dok. Pribadi/Carlo Mozass
Setelah mendapatkan sertifikat PKP dan PIRT, ia pun kemudian mendapatkan izin edarnya. Lewat Jakpreneur juga, ia dibantu untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk kopi organiknya.
"Jujur karena ikut Jakpreneur, jadi banyak yang tahu tentang produk kopi saya ini. Karena untuk posting itu harus menampilkan logo Jakpreneur juga," ucap dia.

Kisah Pengusaha Yogurt Gabung Jakpreneur

Bisnis yogurt milik Rumah Yogurt binaan Jakpreneur. Foto: Dok. Pribadi/Utari Dayanuri
Beda cerita lagi dengan Utari Dayanuri (38). Utari bercerita bahwa dirinya bergabung dengan Jakpreneur pada 2018. Awalnya, ketua RT di lingkungan rumahnya menyadari Utami memiliki usaha yogurt sejak tahun 2009 yang bernama Rumah Yogurt.
Kemudian, ia disarankan untuk mengembangkan usahanya melalui Jakpreneur. Ketua RT-nya mengarahkan untuk mendatangi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) DKI Jakarta agar bisa mendapatkan pelatihan.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, saya masuk ke Jakpreneur tahun 2018 dan resmi menjadi binaan mereka. Di sana dapat pelatihan, bantuan, perhatian pemerintah, legalitas usaha, dan izin usaha. Juga dapat fasilitas pelatihan untuk mengembangkan skill, serta dapat fasilitas promosi, seperti bazar. Dibantu juga sama dinas dan media," ujar ibu dua anak itu.
Ia mengakui sebagai pelaku usaha industri kecil menengah (IKM), tantangan yang mesti dihadapi adalah soal perizinan, legalitas dan sertifikasi. Setelah masuk menjadi mitra Jakpreneur, Utari merasa terbantu karena proses-proses tersebut dibimbing oleh Dinas PPKUKM.
Berkat menjadi binaan Jakpreneur, usahanya pun kini telah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI, food security (ketahanan pangan), dan sedang menuju sertifikasi BPOM agar produknya dapat dijual di toko-toko swalayan.
Bisnis yogurt milik Rumah Yogurt binaan Jakpreneur. Foto: Dok. Pribadi/Utari Dayanuri
"Menjadi binaan Jakpreneur, walaupun dibantu kita juga harus penuhi kualifikasi. Jadi tidak serta merta ikut-ikutan, harus bisa memenuhi standar yang ditetapkan. Rumah Yogurt sendiri jadi binaan dinas dengan grade A dan untuk jadi binaan mereka dengan nilai yang baik perlu usaha yang maksimal, tidak bisa asal-asalan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Lewat usahanya ini juga ia berhasil memberdayakan tetangga-tetangganya untuk ikut membantu dalam produksi yogurt. Dari yang awalnya semua dikerjakan sendiri, kini ia bisa dibantu 3-6 orang, termasuk memiliki pegawai lepas (freelance) ketika banyak pesanan yang datang.
"Dulu pernah paling banyak enam [orang], sekarang lagi pandemi situasi ini lagi menurun, hanya dibantu 3 orang, termasuk anak magang juga ada," ujar wanita yang berdomisili di Tebet Timur itu.
Terakhir, kepada ibu rumah tangga lain yang ingin memulai usaha seperti dirinya, Utari mengingatkan agar tidak perlu takut dan harus selalu siap belajar. Sebab, tidak ada yang instan dalam berwirausaha dan tetap nikmati prosesnya.
"Prosesnya tidak instan, tidak cepat, bahkan bertahun-tahun baru bisa merasakan hasilnya. Namun, karena saya sadar bahwa hal ini adalah bagian dari proses, jadi tetap enjoy menjalaninya," tutup dia.
ADVERTISEMENT
=========
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews