Cerita Penyelam yang Evakuasi Lion Air: Di Dalam Laut Penuh Puing

7 November 2018 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyelam membawa ping locator yang berfungsi sebagai pendeteksi black box. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penyelam membawa ping locator yang berfungsi sebagai pendeteksi black box. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak hari pertama tim SAR gabungan terus menerus menemukan jenazah korban dan serpihan pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh pada Senin (29/10).
ADVERTISEMENT
Para penyelam pun mengisahkan pengalaman mereka selama menemukan puing pesawat dan jenazah di dalam laut berkedalaman 30 meter ini.
“Di dalam laut itu seperti tempat pembuangan sampah, penuh dengan puing-puing pesawat. Terserak di bawah lokasi yang telah ditandai,” ucap Penyelam Dislambair, Sertu Teddy diatas kapal LCU KRI Banda Aceh, perairan Tanjung Karawang, Rabu (7/11).
Hal tersebut juga menjadi rintangan bagi para penyelam yang akan melakukan evakuasi. Mereka harus berhati-hati selama penyelaman, karena mereka juga bisa tertusuk puing pesawat yang tajam.
Selain Puing, Teddy juga kerap menemui potongan dan serpihan tubuh manusia di bawah laut. Awalnya ia merasa ngeri. Tapi demi kemanusiaan, rasa takutnya itu harus dilawan.
Penyelam membawa ping locator yang berfungsi sebagai pendeteksi black box. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penyelam membawa ping locator yang berfungsi sebagai pendeteksi black box. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
“Tapi ya namanya tugas kemanusiaan, awalnya saya ambil ya merasa takut, terkadang ngeri, enggak sampai hati. Tapi setelahnya ya lanjut saja,” sambung Teddy.
ADVERTISEMENT
Perihal CVR (Cockpit Voice Recorder) yang juga menjadi fokus pencarian utama dalam operasi kali ini, Teddy dan penyelam lain berulang kali menangkap sinyal tersebut. Namun, ketika dicari barang tersebut tidak ditemukan.
“Kami belum tahu, entah itu tertimbun lumpur atau puing, atau, saat pesawat jatuh dengan kecepatan tinggi, bisa jadi alat tersebut menghujam tanah dan menancap di sana. Itulah, salah satu kesusahnya,” kata Teddy.
Saat ini upaya penyelaman untuk sementara berhenti. Sebab jarak pandang di dalam laut dilaporkan hanya sekitar 2 jengkal saja. Selain itu, hari ini terjadi pergantian kapal yang digunakan untuk pencarian. Kapal Teluk Bajau Victory yang sejak hari pertama di lokasi mulai bergerak meninggalkan tempat dan diganti oleh Kapal BPPT, Baruna Jaya 1.
ADVERTISEMENT