Cerita Warga DIY saat Isoman, Belum Dapat Obat Gratis Masih Harus Bayar Sendiri

22 Juli 2021 18:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Isolasi di Rumah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Isolasi di Rumah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pasien Corona di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mayoritas merupakan pasien isolasi mandiri (isoman) di rumah. Dari data Pemda DIY 21 Juli lalu, setidaknya ada 25.863 warga yang melakukan isoman. Sementara jumlah kasus aktif corona di DIY mencapai 29.906 orang per 22 Juli ini.
ADVERTISEMENT
Namun, ternyata tidak semua pasien corona yang isoman ini mendapatkan bantuan obat-obatan. Beberapa dari mereka harus mencari obat secara mandiri, tentunya dengan merogoh kantong pribadi.
L Subarkah (27) warga Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman salah satunya. Dia positif corona pada 9 Juli lalu setelah bergejala. Dirinya dinyatakan positif setelah tes antigen secara mandiri dan dilanjut PCR.
"Hari ini isoman hari terakhir saya. Jadi gejala mulai terasa 4 hari sebelum tes. Terus antigen mandiri positif. Lanjut PCR positif," kata Barkah dihubungi, Kamis (22/7).
Barkah mengaku dirinya mengalami gejala seperti demam, flu, hingga batuk. Setelah mendapati hasil tes positif dirinya kemudian melapor ke RT dan Puskesmas.
Setelah melapor Puskesmas, Barkah mengaku dihubungi petugas. Saat itu dia diminta memfoto KK untuk tracing. Dia juga ditanya kontak erat hingga kondisi.
ADVERTISEMENT
Namun lantaran keluarganya sudah antigen semua secara mandiri, tracing tidak berlanjut.
Ilustrasi virus Corona. Foto: Shutter Stock
"Jadi setor foto KK untuk didata. Jadi Puskesmas WA untuk tracer. Tapi keluarga saya sudah antigen mandiri semua," katanya.
Di sisi lain, selama 13 hari menjalani isoman, Barkah mengaku tidak mendapatkan obat dari Puskesmas. Dia pun memutuskan konsultasi rekannya yang berprofesi sebagai nakes dan dibantu untuk obat-obatan.
"Tidak dapat obat. Konsumsi obat saya beli sendiri. Dibantu teman saya yang nakes. Obat untuk gejala dan vitamin saja," ujarnya.
Lain halnya dari RT, Barkah mengaku mendapatkan bantuan sembako. Dia tidak tahu apakah bantuan itu swadaya atau dari pusat.
"Kata ibu saya dapatnya beras, gula, dan teh," katanya.
Hal serupa dialami Hening (44) yang tinggal di Kasihan, Kabupaten Bantul. Ibu beranak dua ini beberapa waktu lalu sempat menjalani isoman setelah antigen mandirinya positif corona.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah sudah sehat. Saya tidak dapat obat dari Puskesmas," kata Hening.
Dia yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan ini justru mendapatkan obat dari rumah sakit tempatnya bekerja.
"Karena aku ada gejala batuk pilek demam, jadi aku dikasih obat sama antibiotik," ujarnya.
Namun, tidak semua pasien isoman tidak mendapat obat. Fransisca (33) salah satu yang beruntung. Dia mendapat pasokan obat dari Puskesmas 2 Sewon, Kabupaten Bantul. Saat ini dia pun masih menjalani isolasi hingga 28 Juli mendatang.
"Dapat Paracetamol, obat batuk, suplemen, antibiotik, zinc," kata Fransisca.
Infografik: Tanda Pasien Isolasi Mandiri Memburuk Foto: kumparan
Akan tetapi lantaran dirinya merupakan ibu menyusui, ada beberapa obat yang tidak diminum. Meski begitu dia bersyukur mendapat kiriman multivitamin dari saudara-saudaranya.
"Selain itu kami dapat bantuan banyak multivitamin dari saudara-saudara. Tapi mau beli inhaler pada abis di apotek-apotek. Akhirnya pake minyak kayu putih aja buat terapi hidung," katanya.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, dirinya juga dipantau petugas Puskesmas secara daring. Mulai dari kondisi terkini hingga obat apa saja yang diminum.
"Kalau puskesmas, setiap hari WA, terkait perkembangan gejala yang dialami dan obat-obatan apa saja yang diminum," pungkasnya.
Begitu pula Ela Wulan (29) warga Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Dia yang isoman pada 28 Juni hingga 12 Juli mengaku mendapat obat dari puskesmas tempat tinggalnya.
"Jadi aku lapor petugas Puskesmas wilayahku dan dikasih obat," katanya.
Ela yang mengalami anosmia dan batuk pilek demam mendapatkan obat Paracetamol, Cetirizine, dan Acetylsistein. Menurutnya, obat yang diberikan tergantung gejala masing-masing pasien.
"Karena aku batuk dapat acetylsistein, dapat Cetirizine, dan Pamol (Paracetamol)," ujarnya.
Namun, menurutnya petugas tidak melakukan antigen kepada kontak erat yang tidak bergejala. Keluarganya hanya diminta untuk turut isoman.
ADVERTISEMENT
"Tapi kalau yang kontak dengan pasien postif terus dia bergejala, lapor habis itu dijadwalkan buat antigen. Kalau nggak bergejala nggak disuruh antigen," ujarnya.
Bantuan obat-obatan untuk pasien corona dari pemerintah pusat untuk Pemda DIY sudah mulai datang. Obat-obatan tersebut nantinya akan disalurkan ke pasien yang isoman oleh Babinsa.
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan bahwa obat yang tiba adalah paket 2 dan paket 3. Paket 2 yaitu vitamin dan obat untuk isoman dengan keluhan demam dan kehilangan penciuman. Sementara paket 3 berisi vitamin dan obat untuk isoman yang panas dan batuk kering.
"Yang sudah datang di Jogja itu paket 2 dan 3. Sekarang sudah sampai di Korem. Mudah-mudahan sudah sampai di kodim untuk dibagikan melalui Babinsa," kata Aji.
ADVERTISEMENT
Aji menjelaskan bahwa Puskesmas saat ini juga mendapat tugas tambahan. Selain tracing, testing, serta vaksinasi, mereka juga mendiagnosa para isoman. Nantinya mereka dibantu satgas RT untuk memilah mana saja yang butuh obat-obatan.
"Karena puskesmas tugasnya tambah termasuk mendiagnosa berat ringannya orang yang isoman. Yang 25 ribu (orang isoman) harus didiagnosa," katanya.
"Yang sudah datang sekitar 735 untuk paket 2 dan 734 untuk paket 3," ujarnya.