Cerita WNI saat Terisolir di Wuhan hingga Dievakuasi dan Diobservasi di Natuna

15 Februari 2020 21:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah selesai masa observasi virus corona dari Natuna tiba di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Sabtu (15/2).  Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah selesai masa observasi virus corona dari Natuna tiba di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Sabtu (15/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebanyak 238 WNI telah dievakuasi dari Wuhan, China, pada 2 Februari lalu. Bersama awak kabin Batik Air dan tim advance, total 285 WNI mendarat selamat di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mereka tak langsung pulang, melainkan harus menjalani masa observasi di Natuna, Kepulauan Riau, selama 14 hari. Hingga pada Sabtu (15/2) seluruhnya dinyatakan sehat dan bisa kembali berkumpul dengan keluarga.
Namun di balik itu semua, terselip cerita saat mereka berada di Wuhan hingga proses observasi di Natuna. Salah satunya disampaikan Eva, mahasiswi Central China Normal University (CCNU) yang baru mendarat di Jakarta.
Eva mengatakan, saat terisolir di Wuhan, ia dan kawan-kawan memilih mengurangi aktivitas di luar ruangan. Sebab mereka menghindari potensi terkena virus corona yang memang bermula di Wuhan.
"Di Wuhan kami memang selama masa lockdown tidak bisa kemana-mana, tapi itu pilihan kami. Jadi bukan pemerintah Tiongkok yang mengharuskan kami tinggal di rumah, (tapi) karena kami takut kena virusnya, kan penyebarannya juga cepat banget," kata Eva saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2).
Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah selesai masa observasi virus corona dari Natuna tiba di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Sabtu (15/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Kawan Eva, Yuli Chaniago, juga mengatakan hal serupa. Mahasiswi yang satu universitas dengan Eva itu mengatakan, mereka terpaksa membatasi kegiatan di luar ruangan.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami jaga diri saja dan tidak ada kata tidak boleh keluar, tapi kita dianjurkan mengurangi aktivitas di luar rumah," ungkapnya.
Keduanya mengaku belum tahu apakah akan kembali ke Wuhan atau tidak. Sebab, masih ada perkuliahan yang harus diselesaikan di sana. Namun, Eva mengatakan hingga saat ini masih menunggu kondisi di Wuhan kondusif.
"Kami tunggu sampai masa kondusif, ya, di Wuhan untuk balik kembali. Karena memang sampai sekarang pemerintah Tiongkok sendiri belum ada informasi sampai kapan Wuhan kondusif. Jadi kita masih nunggu, baru kita pikiran ke depannya gimana," ujarnya.
Mahasiswa Indonesia di Wuhan lainnya, Yusuf Azhar (21), juga menceritakan pengalamannya. Mahasiswa jurusan sastra mandarin di Wuhan University ini mengaku sempat was-was saat terisolir di Wuhan.
ADVERTISEMENT
"Waktu Wuhan lockdown, kami sebenarnya was-was. Meski jasmani sehat, tapi rohani kami ingin segera balik ke tanah ir. Secara cepat pemerintah bisa menangani kita semua," kata Yusuf.
Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah selesai masa observasi virus corona dari Natuna tiba di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Sabtu (15/2). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ia mengatakan setiap harinya, kegiatan tak bisa terlepas dari masker. Sehingga Yusuf mengaku sangat tak betah.
"Iya, enggak betah juga karena setiap hari kami selalu harus mengenakan masker. Setiap mandi ganti dan selama di Wuhan kami selalu dibekali masker 1 boks," kata dia.
Meski begitu, interaksi bersama warga sekitar, kata Yusuf, masih terbilang lancar. Namun, ia tak berpergian jauh selama terisolir. Ia hanya sesekali keluar untuk membeli makan dan keperluan sehari-hari.
"Kalau makanan kita menjauhi makan di restoran. Kami lebih disarankan untuk membeli bahan mentah dan memasak sendiri," kata dia.
Warga Negara Indonesia berjalan menuju pesawat udara di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Sabtu (15/2). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Observasi di Natuna
ADVERTISEMENT
Eva, Yuli, dan Yusuf juga berbagi kisah saat diobservasi selama 14 hari di Natuna. Mereka sangat senang selama proses observasi itu.
"Fun ya, kami senang, happy banget. Berat badan kami naik. Karena memang masa observasi untuk meningkatkan kualitas kesehatan kami dan memang sangat diperhatikan. Tiap hari diperiksa. Bapak-bapak TNI baik banget," kata Eva.
"Saat kita semua sampai Natuna, kita semua diberikan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti sabun cuci dan segala macam, gayung, handuk, dan 2 hari sekali kali kami diberikan pakaian dan celana," ungkap Yusuf.
Menurut Yusuf, selama di Natuna, para WNI melakukan banyak kegiatan. Mulai dari olahraga hingga pemeriksaan kesehatan rutin. Pemeriksaan kesehatan itu untuk memastikan para WNI tak terserang penyakit.
Warga Negara Indonesia (WNI) bersiap meninggalkan ruang observasi di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (15/2). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
"Setiap jam pagi dan sore, selalu cek kesehatan terutama pengecekan suhu tubuh. Ada cek termometer tempel di dahi dan tensi darah," kata Yusuf.
ADVERTISEMENT
Meski sempat was-was saat terisolir di Wuhan, Yusuf tak kapok pergi dan studi di China. Ia juga tak trauma akibat adanya virus corona.
"Ketika China pulih kembali, kami ingin kembali lagi. Enggak trauma dan kita semua tidak takut," tutupnya.