Debat Ke IV Pilpres, Jokowi, Prabowo

Charta Politika: Hasil Pilpres 2019 Mirip 2014, Pendukung Loyal

17 April 2019 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres no urut 01, Joko Widodo dan Capres no urut 02, Prabowo Subianto berjabat tangan saat usai Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres no urut 01, Joko Widodo dan Capres no urut 02, Prabowo Subianto berjabat tangan saat usai Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga survei Charta Politika merilis hasil hitung cepat alias quick count Pemilihan Umum 2019. Hasil quick count menunjukkan paslon nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf unggul 54,35 persen dibandingkan paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandi 45,65 persen.
ADVERTISEMENT
Hasil quick count menunjukkan hasil suara untuk Jokowi dan Prabowo di pemilu 2019 tidak jauh berbeda dengan pemilu 2014. Pada Pemilu Presiden 2014, Jokowi unggul dengan perolehan suara 53 persen dari Prabowo yang hanya memperoleh suara sebanyak 46,85 persen.
Manajer Riset Charta Politika Ahmad Baihaqi menjelaskan, perolehan suara yang tidak jauh berbeda tersebut disebabkan karena masing-masing paslon telah memiliki basis pendukung yang loyal dan solid.
“Perolehan suara ini mirip dan tidak jauh berbeda dengan 2014, yang pertama bahwa pemilih masing-masing calon itu sudah betul-betul militansi untuk 01 sudah sekian dan 02 sudah sekian,” jelas Ahmad saat menggelar konferensi di Hotel Grandhika Iskandarsyah, Jakarta Selatan, Rabu (17/4).
Ahmad mengatakan, dukungan untuk Prabowo pada pemilu 2019 tidak mengalami peningkatan disebabkan karena dirinya tidak bisa mengambil atau merebut suara dari pemilih Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Yang disayangkan oleh lawan atau musuh (Prabowo) ini dia tidak bisa memperoleh suara semaksimal mungkin di basisnya Jokowi, seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata Ahmad.
Lain hal dengan Prabowo, menurut Ahmad, Jokowi unggul karena ia mampu mengimbangi suara atau merebut suara dari pemilih Prabowo di daerah yang dikuasai oposisi.
“Sementara 01 ini dia bisa merebut suara Prabowo misal di Jawa Barat,” ujar Ahmad.
Selain kemampuan masing-masing paslon untuk merebut hati pemilih, perolehan suara keduanya juga dipengaruhi efek ekor jas dari partai pengusung serta peserta pemilu 2019.
“Kemudian ada efek Pileg itu tadi bahwa di mana caleg-caleg yang kampanye itu bisa juga dapat mempengaruhi perolehan suara,” jelas Ahmad.
ADVERTISEMENT
“Karena kalau kita lihat data masuk kurang lebih 20 persen (untuk Pileg), sekian persen suara partai pengusung Jokowi itu kuat ada PDIP, Nasdem, PPP, sedangkan di paslon 02 itu salah satu partainya Gerindra aja yang kuat, Demokrat lumayan,” tutup Ahmad.
----
Bila Anda memiliki informasi menarik seputar Pemilu 2019 di daerah anda, mari berbagi cerita dengan kumparan. Kirim informasi menarik Anda ke email [email protected]
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten