China Bantah Tuduhan Akan Bantu Militer Rusia

15 Maret 2022 4:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pertemuan virtual dengan Presiden China Xi Jinping di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow, Rusia.  Foto: Mikhail METZEL / SPUTNIK / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pertemuan virtual dengan Presiden China Xi Jinping di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow, Rusia. Foto: Mikhail METZEL / SPUTNIK / AFP
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) mengeklaim pada Minggu (13/2/2022), Rusia telah meminta bantuan militer dan ekonomi dari China untuk memperkuat invasi ke Ukraina. Moskow dan Beijing kemudian segera menyangkal tudingan tersebut.
ADVERTISEMENT
Gedung Putih meruncingkan ancaman terhadap China jika membantu Rusia menghindari sanksi yang dijatuhkan atas agresinya.
Menilik hal itu, Beijing menyimpulkan, Washington sengaja menabur informasi keliru. China menekankan, pihaknya justru menawarkan bantuan mediasi untuk kedua pihak.
Kapal angkatan laut dari Rusia dan China melakukan patroli militer maritim bersama di perairan Samudra Pasifik, Sabtu (23/10). Foto: Kementerian Pertahanan Rusia/via REUTERS
"(AS) telah menyebarkan disinformasi yang menargetkan China soal masalah Ukraina, dengan niat jahat," ujar juru bicara Kemlu China, Zhao Lijian, seperti dikutip dari AFP.
"(China) memainkan peran konstruktif dalam mendesak perdamaian dan menyerukan negosiasi," tambahnya.
Pernyataan Zhao muncul menjelang pertemuan antara delegasi AS dan seorang pejabat China di Roma. Penasihat Keamanan AS Jake Sullivan dan diplomat senior China Yang Jiechi mengadakan pertemuan itu pada Senin (14/3/2022).
Pasangan itu merundingkan upaya pengelolaan persaingan antara AS-China. Dampak perang Rusia terhadap keamanan regional dan global turut menjadi pembahasan.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan. Foto: Tom Brenner/REUTERS
Sebelum berjumpa dengan Yang, Sullivan menyambangi acara bincang-bincang di televisi pada minggu (13/3/2022). Dalam kesempatan itu, ia mengungkap Gedung Putih tengah mengawasi pergerakan China dalam membantu Rusia.
ADVERTISEMENT
"Ini menjadi perhatian kami, dan kami telah berkomunikasi dengan Beijing bahwa kami tidak akan berdiam diri dan membiarkan negara mana pun memberi kompensasi kepada Rusia atas kerugiannya akibat sanksi ekonomi," ujar Sullivan.
Sullivan menegaskan, AS tidak berniat mengacungkan ancaman. Tetapi, pihaknya hanya menyampaikan soal konsekuensi tersebut dalam komunikasi pribadi dengan China.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Foto: SHAMIL ZHUMATOV/POOL/AFP
Kremlin turut menanggapi klaim AS. Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov, menegaskan, Moskow memiliki kekuatan militer yang mumpuni bahkan tanpa bantuan dari China.
Peskov menambahkan, segala rencana pergerakan militer Rusia akan terpenuhi sesuai kerangka waktu yang telah mereka gariskan. Selain itu, Peskov melanjutkan, Kremlin dapat menguasai pusat populasi utama di Ukraina.
"Rusia memiliki potensi independennya sendiri untuk melanjutkan operasi. Seperti yang kami katakan, itu berjalan sesuai rencana dan akan selesai tepat waktu dan penuh," jelas Peskov.
Citra satelit menunjukkan konvoi, dekat Invankiv, Ukraina, Senin (28/2/2022). Foto: Maxar Technologies/Handout via REUTERS
"Kementerian pertahanan Federasi Rusia, sambil memastikan keamanan maksimum penduduk sipil, tidak mengecualikan kemungkinan mengambil kendali penuh atas pusat-pusat populasi besar," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Meski tak memasok bantuan militer, Beijing memastikan, hubungannya dengan Moskow akan tetap kokoh meski diterjang kecaman internasional.
China juga kerap mengatakan, ekspansi NATO memperburuk ketegangan Rusia-Ukraina. Oleh karena itu, Beijing menuturkan, pihaknya berkeinginan menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina.