China Dituduh Rekrut Intel untuk Jadi Anggota Parlemen Australia
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, sebelumnya tuduhan ini Channel Nine di program Sixty Minutes. Pada Minggu malam (24/11) Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) mengeluarkan pernyataan, mengatakan tengah menyelidiki tuduhan tersebut.
"Laporan di Sixty Minutes Channel Nine berisikan tuduhan yang ditanggapi serius oleh ASIO," ujar Direktur Jenderal ASIO Mike Burgess.
Dalam tuduhan itu, intelijen China disebut menawari 1 juta dolar Australia, sekitar Rp 9,5 miliar, kepada pengusaha mobil mewah Bo "Nick" Zhao untuk maju dalam pemilihan anggota parlemen tahun lalu. Pengusaha berusia 32 tahun itu memang telah lama jadi anggota Partai Liberal.
Diduga ini adalah cara China untuk menanam agen intelijen mereka di parlemen Australia. Menurut ASIO, mereka telah mengetahui soal kasus ini namun tidak diungkapkan ke publik.
ADVERTISEMENT
"Warga Australia harus tahu bahwa ASIO sebelumnya telah mengetahui masalah yang dilaporkan hari ini, dan secara aktif telah menyelidikinya," kata Burgess.
Menurut media Australia The Age, sumber keamanan menyebut Zhao melaporkan tawaran China itu kepada ASIO tahun lalu. Zhao mengatakan, tawaran itu disampaikan oleh pengusaha Australia lainnya, Brian Chen.
Chen membantah pengakuan Zhao dan mengaku tidak terlibat dalam misi intelijen China. Maret tahun ini, Zhao ditemukan tewas misterius di sebuah kamar motel kota Melbourne. Polisi yang melakukan autopsi tidak bisa mengetahui penyebab kematiannya.
Kasus ini menambah panjang tuduhan intelijen China di Australia. Sebelumnya bekas agen mata-mata China, Wang Liqiang, mengungkapkan operasi intelijen Beijing di Taiwan, Hong Kong, dan Australia.
Wang saat ini tinggal di Sydney dan telah mengajukan suaka di Australia untuk perlindungan diri, istri, dan anaknya.
ADVERTISEMENT