China Mulai Longgarkan Pembatasan COVID-19, Disambut Baik oleh WHO

3 Desember 2022 18:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja medis dengan APD mengumpulkan swab dari seorang warga untuk pengujian COVID-19, di Shanghai, China, Kamis (13/10/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja medis dengan APD mengumpulkan swab dari seorang warga untuk pengujian COVID-19, di Shanghai, China, Kamis (13/10/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik tindakan terbaru China melonggarkan pembatasan COVID-19 yang semula sangat ketat di bawah kebijakan nol-Covid.
ADVERTISEMENT
Pelonggaran ini diberlakukan menyusul terjadinya aksi demonstrasi skala nasional pada pekan lalu, di mana penduduk memprotes pemerintah dan menentang aturan lockdown.
Tanggapan positif WHO tersebut disampaikan oleh Direktur Keadaan Darurat Michael Ryan, dalam sebuah konferensi pers yang digelar pada Jumat (2/12).
Ryan berharap, penerapan strategi baru ini dapat terus dilanjutkan dan penduduk bisa mulai hidup berdampingan dengan virus corona.
“Kami berharap ini terus berlanjut dan kami melihat bahwa strategi yang koheren dan terkalibrasi muncul yang menyeimbangkan pengendalian virus dengan kehidupan, mata pencaharian, kesejahteraan, dan hak asasi manusia masyarakat China,” imbuh Ryan.

Demonstrasi Melunakkan Pemerintah

Sebelumnya, pada Minggu (27/11) penduduk berbagai kota di China melakukan aksi protes besar-besaran, lantaran sudah frustrasi dan muak dengan kebijakan lockdown yang terus menerus diberlakukan di negara itu.
ADVERTISEMENT
Mereka memprotes kebijakan nol-Covid dan mendesak pemerintah untuk mulai mengadopsi strategi ‘new normal’ yang sudah dilakukan oleh banyak negara.
Demonstran memegang plakat selama protes solidaritas menentang penguncian COVID-19 China, di Tokyo, Jepang, Rabu (30/11/2022). Foto: Kim Kyung-Hoon/REUTERS
Aksi protes itu juga dilakukan oleh diaspora dan ekspatriat asal China yang berada di luar negeri — untuk menunjukkan solidaritas. Demonstrasi serupa cukup jarang terlihat di kalangan masyarakat China.
“Sangat penting bagi pemerintah untuk mendengarkan rakyat mereka ketika orang-orang menderita. Kami benar-benar ingin melihat penyesuaian itu terjadi dan dipercepat,” ungkap Ryan, mengomentari kisruh akibat demo tersebut.
Tak lama usai demonstrasi pecah, pemerintah pun mulai bersikap lunak dan melonggarkan beberapa pembatasan di berbagai wilayah — mulai dari mengizinkan karantina di rumah dan mencabut kewajiban tes COVID-19 massal.

Menggiatkan Vaksinasi Dibandingkan Lockdown dan Tes Massal

Lebih lanjut, pada Kamis (1/12) Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel. Dalam pertemuan itu, Xi mengutarakan rasa frustrasi yang dialami penduduk China selama tiga tahun menghadapi pandemi.
ADVERTISEMENT
Menurut pejabat Eropa yang mendengar percakapan kedua pemimpin itu, Michel telah merekomendasikan Xi agar China mengadopsi cara Eropa menghadapi gelombang COVID-19.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel tiba di lokasi KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara Foto
Michel menyarankan untuk lebih menggiatkan program vaksinasi, dibandingkan memberlakukan lockdown untuk mengendalikan penyebaran virus.
Di sisi lain, sambung pejabat itu, Xi meresponsnya dengan baik — mengindikasikan kemungkinan bahwa pemerintahannya dapat lebih terbuka terhadap ide ‘new normal’.
“Sekarang COVID-19 di China terutama Omicron, dan Delta jauh lebih mematikan sebelumnya dan Omicron kurang mematikan, yang membuka jalan bagi lebih banyak keterbukaan pembatasan daripada apa yang telah kita lihat di beberapa daerah,” ungkap Xi kepada Michel.