Cita-Cita Bripka Ali Setelah Sekolah Perwira: Bikin Rumah Sakit Gratis

26 Maret 2022 18:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bripka Bon Ali atau Ali Nur Suwandi anggota Propam Polda DIY, salah satu sosok polisi jujur yang disebut Kapolri tengah bersama anak-anak asuhnya di Yayasan Rumah Singgah Bumi Damai, Kotagede Yogyakarta, Jumat (5/11). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bripka Bon Ali atau Ali Nur Suwandi anggota Propam Polda DIY, salah satu sosok polisi jujur yang disebut Kapolri tengah bersama anak-anak asuhnya di Yayasan Rumah Singgah Bumi Damai, Kotagede Yogyakarta, Jumat (5/11). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Bripka Ali Nur Suwandi, anggota Provos Bid Propam Polda DIY yang merawat ratusan anak yatim piatu di Yayasan Rumah Singgah Bumi Damai milik Ali di Kotagede, Kota Yogyakarta tengah menempuh pendidikan perwira di Pusdik Binmas Banyu Biru.
ADVERTISEMENT
Total 7 bulan lamanya waktu pendidikan Ali untuk mengemban pangkat yang lebih tinggi yaitu Inspektur Dua (Ipda). Bon Ali sapaan akrabnya berprinsip, pangkat yang lebih tinggi itu harus membawa manfaat lebih di masyarakat.
"Ke depan rencana saya mau bikin rumah sakit yang berada di atas gunung, karena saya kan dapat amanah tanah, dapat wakaf tanah di Gunungkidul, Gedangsari," kata Ali dihubungi kumparan, Sabtu (26/3).
Ali menjelaskan, dia mendapatkan amanah tanah yang cukup luas dari warga Gunungkidul di Jakarta. Tanah itu dititipkan ke yayasan untuk dimanfaatkan.
"Saya kepengin waktu yang akan datang kalau ini takdir Allah dan direstui Insyaallah saya mau bikin rumah sakit," jelasnya.
Diharapkan rumah sakit itu bisa dibangun secepatnya. Dia juga memastikan bahwa rumah sakit itu akan gratis untuk seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
ADVERTISEMENT
"Gratis. Apa yang kita buat semuanya gratis tidak ada yang bayar," tegasnya
Saat ini, Ali sudah menempuh pendidikan selama 1 bulan. Masih ada 6 bulan lagi masa pendidikan yang harus dilalui. Dia pun mengaku kerap rindu pada 190 anak asuhnya. Terlebih Ali merupakan tulang punggung yayasannya.
"Yang saya pikirkan itu cuma satu kasih sayang mereka apalagi yang kecil-kecil yang di tempat saya dari kecil. Dia tidak tahu bapaknya siapa, yang dikira bapak asli kan saya," kisahnya.
Ali berharap bahwa dia bisa terus menempuh pendidikan perwira ini. Namun dia juga berharap tetap terus bisa merawat anak-anak asuhnya. Bagaimanapun, anak-anak yatim piatu merupakan titipan masyarakat.
"Harapanku dua-duanya. Bisa sekolah bisa merawat anak-anak mungkin nanti bisa dikasih pimpinan izin khusus seperti itu," harapnya.
ADVERTISEMENT
Dengan izin khusus itu, Ali berharap masih bisa menengok anak-anak asuhnya. Sehingga dua amanah yang ada padanya bisa dia laksanakan.
"Sekolah ini juga penting juga karena dengan sekolah ini kan mungkin saya bisa lebih dekat dengan masyarakat," katanya
Pada Jumat (5/11), kumparan pernah berkunjung ke Yayasan Rumah Singgah Bumi Damai milik Ali di Kotagede, Kota Yogyakarta. Ali merupakan salah satu polisi yang dipuji Kapolri karena kejujuran serta teladannya.
Lahir 17 Agustus 1978 silam, Ali mengaku sudah nyantri sejak usia 5 tahun. Meski lama nyantri, Ali mengaku tak sepandai rekan-rekan lainnya. Meski begitu, petuah-petuah kiai tetap dia jalankan. Dia tak segan membantu berdagang tempe untuk pondoknya.
Restu kiai itu pula yang dia bawa ketika hendak mendaftar Sekolah Calon Tamtama (Secata) Polda Jatim pada tahun 1999. Ali menghadap kiainya waktu itu, menyampaikan niatnya mengabdi pada negeri melalui kepolisian.
ADVERTISEMENT
"Kiai memberikan restu, dengan restu itu juga ngasih amanah nomor satu kalau jadi polisi harus benar-benar mencintai bangsa ini. Jadi lah polisi yang ada manfaatnya itu yang kedua," ujarnya saat itu.
Anak santri ini pun jadi polisi. Tamtama muda ini ternyata langsung mendapatkan tugas ke Yogyakarta, dia menjadi Propam di Polda DIY tahun 1999 itu.
Sebagai santri yang jadi polisi selain tupoksi kepolisian harus ditaati, amanah dari sang kiai pun harus dipegang teguh.
"Langsung pergi ke desa-desa silaturahmi ke masyarakat yang membutuhkan kita tanya-tanya di mana ada anak yatim," katanya.
Dalam sunyi, Ali selalu berusaha membantu anak yatim yang dia temui. Semakin lama semakin banyak anak yatim yang dia bina. Tahun 2006, Ali kemudian menikah dengan pujaan hatinya asal Kotagede. Di situ pula yayasan yang dia cita-citakan berhasil berdiri pada tahun 2008.
ADVERTISEMENT