COP24: Hutan Hujan adalah Kunci Kurangi Pemanasan Global

6 Desember 2018 15:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi 'Peran Hutan Hujan dalam Mengurangi Pemanasan Global' di COP24, Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi 'Peran Hutan Hujan dalam Mengurangi Pemanasan Global' di COP24, Katowice, Polandia. (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seluruh aktivis lingkungan dari seluruh dunia berkumpul dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB atau Conference of Parties (COP) ke-24 di Katowice, Polandia. Mereka berpandangan peningkatan emisi karbon dan laju pemanasan global dapat ditekan melalui pemanfaatan hutan hujan (rainforest)
ADVERTISEMENT
Rainforest sangatlah penting. Itu adalah cara dan kunci untuk mencapai target suhu di bawah 1,5 derajat celcius (pada 2030),” jelas aktivis lingkungan Torbjorn Gjefsen dari Rainforest Foundation Norway dalam diskusi COP 24 di Katowice, Polandia, Kamis (6/12).
Menurut Torbjorn, negara-negara yang memiliki hutan hujan, seperti Indonesia, Brasil, Republik Demokratik Kongo, Kolombia, sangat berperan besar dalam upaya melindungi hutan untuk mengurangi pemanasan global. Tugas ini, kata Torbjorn, perlu melibatkan seluruh komponen di negara tersebut, mulai dari pemerintah, swasta, LSM, hingga masyarkat.
“Mereka bisa menghentikan laju deforestasi dan degradasi hutan hingga 2030, merestorasi hutan dan lahan gambut, hingga mengakui hak masyarakat adat dalam mengelola hutan,” terang Torbjorn.
Ilustrasi hutan adat. (Foto: Schwoaze via pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hutan adat. (Foto: Schwoaze via pixabay)
Sementara itu di lokasi yang sama, aktivis lingkungan, Anggalia Putri Permatasari, dari Yayasan Madani Berkelanjutan mengatakan, hutan hujan tropis dapat menekan 1,5 derajat celcius laju suhu global. Oleh karena itu, ia ingin agar pemerinth Indonesia terus meningkatkan perannya dalam melindungi hutan.
ADVERTISEMENT
“Misalnya memperpanjang moratorium pembukaan lahan sawit. Masalah (lahan) sawit ini sangat mempengaruhi kelestarian hutan,” jelas Anggalia.
Selain itu, Anggalia juga meminta pemerintah untuk meningkatkan pengawasan dalam perizinan hutan, lahan sawit, dan tambang. Sebab, menurutnya, selama ini tak ada transparansi dalam masalah perizinan lingkungan.
“Indonesia punya masalah di perizinan karena pemerintah tak transpran. Jika transparan tentu saja kita bisa melihatnya (masalah perizinan),” tegasnya.
Aksi milenial kampanyekan masalah perubahan iklim di COP24. (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi milenial kampanyekan masalah perubahan iklim di COP24. (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
Indonesia menargetkan penurunan emisi gas karbon dioksida hingga 29 persen atau 2,8 giga ton pada 2030. Target tersebut bisa meningkat hingga 41 persen jika mendapatkan bantuan internasional.
Hal ini untuk mendukung pengurangan laju pemanasan global hingga di bawah 1,5-2 derajat celcius selambat-lambatnya pada 2030.
Pada 2018, Indonesia melalui kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) menargetkan penurunan emisi hingga 0,8 giga ton. Target ini berdasarkan komitmen pemerintah Indonesi dalam Perjanjian Perubahan Iklim Paris atau Paris Agreement pada 2015, bahwa disepakati setiap negara peserta harus mengurangi emisi gas rumah kaca atau karbon dioksida.
ADVERTISEMENT