Corona Delta Mengganas di Kaltim, Lonjakan Kasus Tak Terhindarkan

4 Agustus 2021 12:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
ADVERTISEMENT
Lonjakan kasus corona saat ini mulai terlihat di sejumlah provinsi yang ada di luar Pulau Jawa dan Bali. Hal ini salah satunya terjadi si Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan kasus harian terkini, Kalimantan Timur merupakan provinsi yang ada di Kalimantan dengan penambahan kasus tertinggi. Bahkan masuk dalam peringkat kedua tertinggi setelah Sumatera Utara, di luar Jawa dan Bali. Tercatat pada Selasa (3/8) kemarin, ada 1.419 kasus baru yang dilaporkan.
Infografis Pulihkan Anosmia dengan Aroma. Foto: Tim Kreatif kumparan
Menurut Plt. Direktur RSUD Aji Muhammad Prikesit Kab. Kutai Kartanegara, Martina Yulianti, ia membenarkan adanya lonjakan kasus di kabupatennya yang termasuk dalam Provinsi Kalimantan Timur tersebut. Diduga karena varian Delta mulai mengganas.
"Untuk varian Delta di Kalimantan Timur sudah ditemukan. Namun, di Kutai Kartanegara sendiri secara resmi dari Balitbangkes belum pernah diumumkan ada Delta dari sampel yang kami kirimkan," kata Martina dalam dialog virtual bertajuk 'Dialog Produktif: Kenal dan Cegah Varian Baru Virus COVID-19' yang ditayangkan di YouTube Lawan COVID-19 ID, Rabu (4/8).
ADVERTISEMENT
Varian Delta yang diketahui memiliki tingkat penyebaran lebih cepat dibanding varian lainnya ini memang belum terdeteksi di daerahnya. Namun Martina telah mencurigai hal tersebut. Sebab, lonjakan kasus di Kutai Kartanegara terjadi begitu cepat. Begitu pula dengan perburukan gejala pada pasien.
"Namun dari kondisi di lapangan tinggi sekali penularan dan meningkatnya derajat sakit dari penderita COVID-19. Menurut kami, varian Delta ini sudah ada di Kutai Kartanegara," tambahnya.
Menurutnya, hal tersebut juga dirasakan ketika begitu banyak pasien pada gelombang kedua ini yang harus menjalani isolasi mandiri dibandingkan pada gelombang sebelumnya. Bahkan baru kali ini pemerintah setempat harus memberikan obat-obatan pada pasien tersebut lantaran adanya perburukan gejala yang dicurigai karena varian Delta ini.
ADVERTISEMENT
"Kita ketahui pada gelombang pertama, Kutai Kartanegara sendiri tidak memberikan obat kepada pasien-pasien yang menjalani isolasi mandiri. Namun, gelombang kedua ini di mana tinggi sekali antara gap kasus aktif dengan ketersediaan fasilitas kesehatan," tutupnya.