news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Corona di RI Naik 112% Usai Lebaran, Lonjakan Diprediksi Bertahan 8 Minggu

17 Juni 2021 18:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menerangkan lonjakan kasus corona usai Lebaran tahun ini secara nasional lebih tinggi dari tahun lalu. Setelah 4 pekan dari masing-masing periode dibandingkan, terjadi peningkatan sebesar 112,22 persen di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sedangkan kenaikan kasus pada 2020 yakni 93,11 persen. Perlu diwaspadai pula, presentasi kenaikan tahun ini bisa melampaui tahun lalu hanya disebabkan kenaikan kasus dalam sepekan.
“Kenaikan yang signifikan di tahun ini tidak dipungkiri terjadi karena pada minggu ke-4 tahun ini kenaikan kasusnya sangat signifikan jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Dalam satu minggu saja terjadi kenaikan hampir dua kali lipat. Hal ini menyebabkan perbedaan yang signifikan pada keadaan di minggu ke-3 lalu dengan Minggu ke-4 saat ini," kata Wiku dalam siaran pers virtual di YouTube BNPB, Kamis (17/6).
"Jika dibandingkan pada kenaikan minggu ke-3 yang pernah saya sampaikan, kenaikan di tahun ini hanya sekitar 50%, sedangkan di tahun lalu kenaikannya mencapai sekitar 80%. Jadi hanya dalam satu minggu saja persentase kenaikan kasus di tahun ini bisa melampaui persentase kenaikan kasus di tahun lalu," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun memperkirakan bahwa kenaikan kasus corona pasca Lebaran di tahun ini bisa lebih lama dari 2020. Musababnya di 2021, ada tambahan arus balik satu minggu pasca Idul Fitri akibat warga yang mudik belakangan.
“Adanya periode tambahan yaitu arus balik ke Jabodetabek satu minggu pasca Idul Fitri dapat menyebabkan periode dampak yang ditimbulkan bertambah 1-2 minggu. Dampak dari suatu periode diperpanjang biasanya terjadi 4-6 minggu lamanya. Namun dengan adanya periode tambahan ini bisa saja dampak dari periode Idul Fitri di tahun ini bertahan selama 7-8 minggu,” kata dia.
Prof. Wiku Adisasmito. Foto: Dok. BNPB
Wiku bersyukur tak semua aspek kenaikan kasus COVID-19 lebih buruk dari tahun lalu. Salah satunya, kenaikan secara provinsi masih lebih signifikan di 2020.
ADVERTISEMENT
“Jika dilihat pada minggu ke-4 tahun ini dibandingkan tahun lalu, signifikansi kenaikan kasusnya tetap lebih tinggi pada tahun lalu. Di tahun lalu Jawa Tengah mengalami kenaikan hingga 758%, sedangkan di tahun ini 281%. Hal ini dapat terjadi karena pada tahun lalu Indonesia masih berada di tahap awal penanganan pandemi dan kita masih menyesuaikan diri terhadap situasi, yang tentunya masih serba terbatas," jelas dia.
Namun Wiku menyayangkan, kabupaten/kota tertentu justru mengalami kenaikan kasus drastis secara singkat di 2021. Contohnya kenaikan kasus pada beberapa kabupaten/kota yakni Kabupaten Bangkalan, Pati, Kudus Jepara, Bandung, dan Kota Cimahi.
"Adanya kenaikan kasus di kabupaten kota tertentu ini menunjukkan bahwa dalam melihat situasi, tidak bisa hanya menilai di tingkat provinsi saja. Perlu menilai hingga tingkat kabupaten/kota. Jika terdapat kabupaten/kota yang sudah menunjukkan kenaikan harus segera ditangani, agar tetap terkendali sehingga tidak meningkatkan kasus di tingkat provinsi hingga nasional," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Wiku mengingatkan bahwa harus jadi pelajaran bahwa tahun ini memang banyak daerah tujuan mudik yang mengalami lonjakan kasus COVID-19. Padahal tahun lalu, Bali dan Sulawesi Selatan yang masuk ke dalam lima besar kenaikan tertinggi.
"Tahun ini posisinya digantikan oleh DI Yogyakarta dan Jawa Barat. Kenaikan kasus tertinggi pada minggu ke-4 pasca Idul Fitri seluruhnya diisi oleh provinsi dari Pulau Jawa. Lima provinsi ini adalah daerah asal dan tujuan mudik," ucap dia.
"Maka ini dapat dikaitkan dengan fakta, bahwa meskipun telah diberlakukan periode peniadaan mudik sebelum dan setelah Idul Fitri, mobilitas penduduk ke luar dan masuk Jabodetabek tetap mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, di dalam kota pun terjadi kenaikan mobilitas penduduk ke pusat perbelanjaan dan tempat wisata selama periode Idul Fitri," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Wiku menyadari kalau warga sudah jenuh selama satu tahun lebih pandemi berlangsung. Apalagi, ekonomi pun harus terus berjalan.
Namun ia meminta warga mengambil sisi positifnya, yakni mengambil pelajaran dari penanganan dan perkembangan COVID-19 di tahun lalu. Sehingga dapat memilah hal-hal yang perlu dihindari dan ditingkatkan, seperti tidak berpergian ke lokasi-lokasi yang berpotensi ramai di musim liburan.
"Dengan sumber daya yang tentunya meningkat dibandingkan tahun lalu, seharusnya dapat menjadi modal yang kuat dalam memperbaiki penanganan COVID-19 di tahun ini. Untuk itu, mari kita bersama-sama untuk tidak lelah belajar agar pandemi COVID-19 ini segera berakhir. Pandemi ini tidak akan rusak apabila seluruh lapisan masyarakat tidak gotong royong dan bahu membahu menghadapinya," pungkas dia.
ADVERTISEMENT