Corona DIY Tinggi, Epidemiolog UGM Minta 70% Warga di Rumah Saja Selama 20 Hari

21 Juni 2021 16:29 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dampak Corona Jalan-jalan di Yogyakarta jadi Lengang Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dampak Corona Jalan-jalan di Yogyakarta jadi Lengang Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus corona di DIY melonjak selama beberapa hari terakhir. Tercatat ada sebanyak 5.639 kasus corona aktif. Angka Bed Occupancy Ratio (BOR) di rumah sakit rujukan juga masih tinggi. Kebutuhan nakes pun makin bertambah.
ADVERTISEMENT
Menyikapi kasus ini, Pemda DIY rapat bersama sejumlah pakar termasuk pakar epidemiologi UGM, dr Riris Andono Ahmad. Dalam rapat tersebut, dia menyampaikan sejumlah masukan untuk menurunkan kasus corona di DIY. Salah satunya terkait mobilitas masyarakat.
"Kalau dari kami sudah cukup jelas karena peningkatan penularan ini terkait mobilitas yang tinggi. Dan satu cara untuk menurunkan atau mengendalikan penularan ketika sudah meningkat tinggi dengan menghentikan mobilitas," kata pria yang akrab disapa Doni ini di Kepatihan Pemda DIY, Senin (21/6).
Koordinator Tim Respons Covid-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Ia tak mempermasalahkan pembatasan mobilitas masyarakat dilakukan dengan lockdown atau PSBB. Pasalnya, hal itu hanya sebatas istilah, tetapi yang terpenting adalah makna penghentian mobilitas masyarakat.
Cara seperti itu terbukti ampuh diterapkan di sejumlah negara seperti Vietnam dan New Zealand.
ADVERTISEMENT
Warga di Pedukuhan Dengok II, Kalurahan Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, DIY memutuskan untuk me-lockdown kampungya. Foto: Dok. Istimewa
Ia mengimbau 70 persen populasi di DIY harus tinggal di rumah selama dua kali masa infeksius atau 20 hari. Ketika 70 persen populasi warga di DIY di rumah saja maka virus itu akan kesulitan menyebar.
"Karena 70 persen orang itu tidak bergerak. Karena tidak bergerak kan kesulitan," ujarnya.
"Periode infeksius pertama akan terjadi perubahan pola penularan kemungkinan akan berpindah ke rumah. Periode (infeksius) kedua menghentikan menghabiskan penularan di rumah," katanya.
Selama penghentian mobilitas itu, kerumunan sosial harus dihindari. Bekerja dapat dilakukan dengan WFH dan beribadah dilakukan di rumah.
"Mobilitas kerumunan di atas 3 orang dihindari," ujarnya.