Corona Dunia: Negara Kaya Monopoli Vaksin; Vaksinasi di Senegal dengan Sinopharm

25 Februari 2021 8:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona.
 Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Virus corona telah menginfeksi 112 juta orang di seluruh dunia, dengan 2,49 juta di antaranya meninggal dunia. Berbagai negara pun mulai menjalankan vaksinasi demi menciptakan herd immunity.
ADVERTISEMENT
Di tengah upaya ini, muncul kondisi negara-negara kaya memonopoli vaksin, sehingga negara-negara lain kekurangan. Masalah distribusi vaksin yang merata memang harus menjadi perhatian bersama.
Berikut kumparan merangkum kabar terkait penanganan pandemi corona dan vaksinasi secara global sejauh ini:

WHO Soroti Negara Kaya Monopoli Vaksin Corona

Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: AFP/PIERRE ALBOUY
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengecam negara-negara kaya yang memonopoli vaksin corona. Sebab hal ini bisa mengganggu ketersediaan vaksin bagi negara-negara miskin dan berdampak pada upaya menghentikan pandemi secara global.
Menurutnya, kesepakatan langsung negara-negara kaya dengan produsen vaksin bakal mengurangi alokasi vaksin dari platform COVAX yang disediakan PBB untuk negara-negara miskin.
Tedros tak mengungkap negara-negara kaya mana saja yang memonopoli vaksin. Namun kecaman Tedros ini muncul beberapa hari setelah negara-negara industri yang tergabung dalam G7 akan mempercepat pengembangan dan penyebaran vaksin pada Jumat (19/2).
ADVERTISEMENT

Meksiko dan Argentina Desak PBB Turun Tangan soal Distribusi Vaksin

Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Desakan PBB turun tangan mengatasi masalah distribusi vaksin disampaikan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador dan Presiden Argentina Alberto Fernadez. Mereka juga mendesak negara-negara kaya untuk membantu negara-negara miskin.
Obrador mengatakan, skema PBB dalam memastikan negara miskin bisa mendapatkan vaksin melalui COVAX tidak berhasil. Sebab 80 persen distribusi vaksin COVID-19 hanya terkonsentrasi di 10 negara.
Ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin telah menimbulkan kritik bahwa semua kecuali negara terkaya di dunia harus menunggu berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun, untuk mendapat vaksin COVID-19.

Brasil Izinkan Penggunaan Penuh Vaksin Pfizer

Seorang anggota tim vaksinasi memegang botol berisi vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di panti jompo Agaplesion Bethanien Sophienhaus di Berlin, Jerman, Minggu (27/12). Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
Brasil mengeluarkan izin penuh penggunaan vaksin Pfizer sebagai yang pertama disetujui secara penuh di Brasil. Regulator sebenarnya sudah menyetujui pemakaian vaksin AstraZeneca dan Sinovac asal China namun hanya sebatas penggunaan darurat.
ADVERTISEMENT
Meski Pfizer sudah diizinkan digunakan di Brasil, hingga saat ini nasib vaksin itu masih belum jelas akibat konflik politik.
Presiden Jair Bolsonaro sempat mengkritik persyaratan kesepakatan yang diusulkan oleh Pfizer karena dianggap memberatkan. Dalam persyaratannya, Pfizer dapat dibebaskan dari tanggung jawab jika ada masalah yang tidak terduga saat penggunaan vaksin.

Ghana Jadi Negara Pertama Penerima Vaksin Gratis COVAX

Ilustrasi masyarakat Ghana. Foto: Jessica Sarkodie for The Body Shop International
Ghana jadi negara pertama yang menerima vaksin gratis dari skema COVAX yang didukung PBB. Sebanyak 600 ribu dosis vaksin bagian awal dari pengiriman vaksin AstraZeneca/Oxford tiba di negara ini pada Rabu (24/2).
Hal ini disampaikan UNICEF. Badan PBB itu menyebut, vaksin skema COVAX ini dikirim dari India ke negara Afrika Barat itu.
ADVERTISEMENT
Rencananya ada dua miliar dosis vaksin yang akan didistribusikan COVAX ke berbagai negara termasuk Indonesia. Ditargetkan miliaran dosis vaksin itu selesai pengirimannya pada akhir 2021.

Senegal Mulai Vaksinasi dengan Vaksin Sinopharm

Menteri Kesehatan Abdoulaye Diouf Sarr menerima dosis vaksin penyakit coronavirus (COVID-19) di Dakar, Senegal, Selasa (23/2). Foto: Zohra Bensemra/Reuters
Senegal memulai program vaksinasi menggunakan vaksin Sinopharm pada Selasa (23/2). Total ada 200 ribu dosis vaksin Sinopharm dari China.
Senegal menjadi negara pertama di Afrika Barat yang mulai vaksinasi. Suntikan pertama diberikan kepada pejabat pemerintah dan petugas kesehatan di Ibu Kota, Dakar. Salah satunya Menteri Kesehatan Abdoulaye Diouf Sarr.
Senegal menargetkan 90 persen populasinya divaksin hingga akhir 2021, termasuk pekerja kesehatan dan kelompok berisiko tinggi antara usia 19-60 tahun.
Selain Sinopharm, Senegal juga akan mendapatkan 1,3 juta dosis vaksin melalui program gelombang pertama program COVAX dari WHO.
ADVERTISEMENT