Corona Kaltim Tinggi, Screening PeduliLindungi Tak Cukup Hadapi Klaster Industri

21 September 2021 16:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aplikasi PeduliLindungi. Foto: Zabur Karuru/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aplikasi PeduliLindungi. Foto: Zabur Karuru/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia kini telah berangsur membaik. Hanya saja terdapat sejumlah daerah di luar Jawa yang menjadi perhatian lantaran kasus konfirmasi maupun aktif yang cukup tinggi seperti di Kalimantan Timur (Kaltim).
ADVERTISEMENT
Di antara provinsi lain di Kalimantan, Kaltim merupakan salah satu yang penambahan kasus hariannya lebih dari 100 per hari. Per Senin (21/9) lalu, tercatat ada penambahan sebanyak 104 kasus.
Menurut Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-​19, Alexander Ginting, Kaltim kini menjadi perhatian khusus. Daerah tersebut dikenal dengan industri pertambangan yang mengharuskan tingginya mobilitas. Untuk itu, pelacakan kontak harus terus dilakukan di sana.
"Jadi industri ini banyak pendukung-pendukungnya ada subkontraktor baik di batubara, perminyakan maupun di tambang lainnya yang butuh tenaga kerja dan ahli yang keluar masuk," kata Alex dalam dialog virtual 'Ayo Pakai Masker, Ayo Cepat Vaksin' yang ditayangkan di Youtube Forum Merdeka Barat 9, Selasa (21/9).
ADVERTISEMENT
Dengan tingginya mobilitas orang yang hilir mudik di dua kota tersebut, Alex mengatakan bahwa memang pelacakan kontak atau tracing adalah salah satu kunci utama dalam pencegahan terjadinya penularan yang begitu cepat. Sebab, screening yang telah digunakan saja menurutnya masih kurang.
"Demikian juga mereka yang pedagang antar kota yang banyak berlalu lalang jadi kalau kita mengandalkan aplikasi PeduliLindungi dan kemudian surat PCR itu gak cukup," tambahnya.
Untuk itu, Satgas COVID-19 bersama dengan stakeholder lainnya di Kaltim terus berusaha untuk meningkatkan pelacakan kontak. Sebab, orang yang lolos hasil tes negatif PCR bisa saja masih dalam masa inkubasi sehingga apabila tak dilacak kembali, bisa menularkan pada banyak orang lain.
"Karena harus ada pelacakan kontak karena kalau hanya itu kita tidak bisa monitoring saat mereka dalam masa inkubasi. Kendati sudah vaksinasi orang itu masih bisa terinfeksi masih bisa bawa virus sehingga pelacakan kontak itu harus benar-benar dikerjakan termasuk di daerah kilang minyak, batubara, perkotaan, pemukiman," ungkap Alex.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, pelacakan kontak ini perlu karena kalau hanya mengandalkan saringan di bandara dengan aplikasi PeduliLindungi dan surat PCR ini tidak cukup," tutup Alex.