Corona Kembali Mewabah di Jerman Usai Lebaran

13 Juni 2020 1:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria menggunakan masker berjalan di Cologne, Jerman. Foto: REUTERS / Thilo Schmuelgen
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria menggunakan masker berjalan di Cologne, Jerman. Foto: REUTERS / Thilo Schmuelgen
ADVERTISEMENT
Dilonggarkannya aturan lockdown dan dibukanya kembali ruang publik, ternyata tidak menjadikan warga bebas berinteraksi tanpa pembatasan. Virus corona atau penyakit COVID-19 masih menjadi momok bagi warga dunia dan penyebarannya masih terus terjadi.
ADVERTISEMENT
Setidaknya itu yang terjadi di Kota Göttingen, Jerman. Setelah berkali-kali dipuji oleh masyarakat dunia karena kesigapannya menangani virus corona, Jerman harus menghadapi jumlah kasus infeksi baru yang tiba-tiba melonjak drastis. Padahal sudah beberapa minggu terakhir tren infeksi COVID-19 di negara ini terus menurun.
Kasus positif virus corona di Jerman saat ini sudah mencapai lebih dari 187 ribu, dengan kasus kematian mencapai 8.780 jiwa.
Awalnya, Kota Göttingen yang berpenduduk sekitar 118 ribu jiwa mulai pulih secara perlahan-lahan karena rendahnya laju infeksi pada akhir Mei 2020. Pada Juni, kota pelajar ini berencana akan membuka sekolah, tempat penitipan anak, kantin, kolam renang, dan tempat-tempat publik lainnya yang biasanya ramai dengan pengunjung. Namun rencana tersebut harus tertunda karena munculnya klaster infeksi baru di kota tersebut.
Pemeriksaan virus corona di rumah sakit Gross-Gerau, Jerman. Foto: REUTERS / Kai Pfaffenbach
Klaster baru ini muncul pertama kali pada 31 Mei lalu. Awalnya, sebanyak 36 orang dari satu gedung apartemen yang sama terbukti positif virus corona. Setelah diselidiki lebih jauh, infeksi tersebut berasal dari sebuah bar shisha di lantai dasar apartemen tersebut yang beroperasi secara ilegal saat pandemi.
ADVERTISEMENT
Kejadian bermula pada 23 Mei, saat beberapa keluarga berkumpul menjelang perayaan Lebaran/Idul Fitri. Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak mengindahkan peraturan pembatasan sosial. Di antaranya lebih dari 30 orang laki-laki yang menghisap shisha di bar tersebut merayakan berakhirnya Ramadhan.
Dokter dan mahasiswa kedokteran didatangkan ke apartemen yang dihuni sekitar 700 orang. Mereka melakukan pengujian COVID-19 pada penghuni apartemen sebanyak satu tes setiap tiga menit. Pada 4 Juni, pemerintah mencatat penambahan 86 kasus infeksi COVID-19 yang baru yang berasal dari klaster yang sama. Sampai saat ini, 216 orang harus dikarantina.
Anggota media menggunakan pakian pelindung merawat pasien yang terkena virus corona di rumah sakit komunitas Havelhoehe di Berlin, Jerman. Foto: REUTERS / Fabrizio Bensch
Apartemen yang dikenal dengan nama Iduna tersebut memang memiliki citra buruk di Göttingen yang terkenal sebagai kota intelek dan kota sains di Jerman.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1970-an, Iduna dibangun untuk menjadi hunian dosen Universitas Göttingen. Apartemen ini awalnya adalah apartemen bergengsi yang dilengkapi dengan pusat perbelanjaan dan kolam renang.
Namun secara perlahan Iduna ditinggalkan para akademisi dan menjadi hunian banyak pengungsi dan imigran dari negara-negara Arab dan Eropa Timur. Penghuni Iduna sering mengaku mendapatkan perlakuan diskriminatif.
Göttingen merupakan kota yang cukup populer untuk menjadi tujuan belajar mahasiswa internasional, termasuk Indonesia. Setidaknya ada 150 warga Indonesia yang berdomisili di kota tersebut.

Laporan dari Jerman: Daniel Chrisendo

Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
————-----------------------
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
ADVERTISEMENT