CT Value Pasien Corona di Surabaya Hanya 1,8, Menkes Beri Penjelasan

13 September 2021 18:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes RI Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers terkait kedatangan Vaksin COVID-19 Sinovac di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (12/7). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Menkes RI Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers terkait kedatangan Vaksin COVID-19 Sinovac di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (12/7). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Seorang pasien corona di RS Lapangan Indrapura Surabaya dilaporkan memiliki CT value sangat rendah, yakni 1,8. Padahal, jumlah CT di bawah 25 sudah diyakini terdapat virus yang sangat kuat.
ADVERTISEMENT
Merespons temuan ini, Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pasien tersebut tidak dites menggunakan real time PCR yang membuat hasil CT Valuenya lebih rendah dari normal, bahkan hingga 1,8.
"Di Surabaya ada masuk varian baru, yang CT-nya rendah. Setelah saya konfirmasi itu sebenarnya tesnya bukan menggunakan PCR, tapi menggunakan metode isoterm," jelas Budi Gunadi saat rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (13/9).
Metode isoterm yang dimaksud Budi adalah tes isotermal molekuler. Cara pengambilan sampelnya sama dengan RT-PCR, yakni swab nasofaring. Hasil tesnya bisa didapatkan dalam waktu 15 menit, namun sensitivitasnya lebih pendek yaitu kurang dari 7 hari sejak gejala awal.
"Isoterm ini angkanya beda, lebih rendah. Dia pakai angka resultnya ada yang 1,5 1,6 1,8," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Bintara Kesehatan KRI Bima Suci menata ruang Lab PCR di Kapal KRI Bima Suci di Dermaga Armada II, Surabaya, Jawa Timur, Senin (12/7). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Budi menuturkan, hasil CT Value dengan menggunakan tes isotermal ini normalnya di atas angka 2.
"Jadi kalau kita dengar ada CT 1,8 itu biasanya minimal diatas 2 CT. Pengulangan dari tes amplifikasi RNAnya ya jadi kalau angkanya ada 1, 2, 3. Jadi kalau ada angka 1,5 1,8 itu menggunakan isoterm yang skala-skala pengukurannya berbeda dengan CT yang biasa kita gunakan di PCR," tutup Budi Gunadi.
Sebelumnya, diberitakan Berita Anak Surabaya (Basra) --partner 1001 media kumparan--, pasien yang kedapatan memiliki CT Value 1,8 adalah seorang pekerja migran Indonesia.
Dokter Penanggung jawab Pasien (DPJP) RSLI, dr. Fauqa Arinil Aulia, Sp.PK, mengatakan, terkait CT Value 1,8, nilai tersebut merupakan hasil positif dari salah satu pasien dengan menggunakan metode lain deteksi COVID-19 bernama alat isolated isothermal-PCR yang pelaporannya dengan rasio (indeks). Cut-off negatifnya <1.15.
ADVERTISEMENT
"Nah dari monitoring PCR kelompok PMI sebelum selesai isolasi di RSLI, beberapa kami dapatkan CT Value memang masih rendah menjelang hari ke-14 perawatan (<25)," kata dr. Fauqa, Jumat (10/9).
Untuk mengetahui dugaan varian baru COVID-19, pihaknya telah mengirimkan sampel pasien tersebut ke ITD Universitas Airlangga untuk dilakukan whole genome sequencing.