Curhat Nakhoda Kapal di Kepulauan Seribu, Terpaksa Nganggur Akibat PSBB

1 Oktober 2020 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Bidadari di kepulauan seribu yang terkena dampak tumpahan minyak mentah pertamina. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Bidadari di kepulauan seribu yang terkena dampak tumpahan minyak mentah pertamina. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Semenjak corona, hampir seluruh lokasi wisata di Jakarta terpaksa ditutup. Tak terkecuali dengan wisata di Kepulauan Seribu demi mencegah potensi penularan virus.
ADVERTISEMENT
Penutupan lokasi wisata ini akhirnya berimbas pada pekerjaan para nakhoda kapal tradisional di Kepulauan Seribu. Suherman, seorang nakhoda kapal yang biasa mengangkut penumpang dari Muara Angke ke Kepulauan Seribu, mengaku nganggur selama masa pandemi.
"Saat ini saya sebagai nakhoda merasa iri dengan transportasi lain seumpama bus atau bajaj. Mereka walau PSBB masih bisa jalan. Kalau saya sudah off karena untuk wisata Pulau Seribu sudah ditutup. Jadi kami nganggur aja gitu," kata Suherman dalam zoom meeting bersama DTKJ, Kamis (1/10).
Dia mengaku merasa iri dengan transportasi umum lainnya yang masih memiliki penumpang dan memiliki pendapatan. Baru hari ini dia mengaku mendapat orderan ke Ancol untuk mengangkut sembako. Namun selebihnya nakhoda kehilangan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
"Ini juga baru kali ini berjalan menuju Marina Ancol untuk muat sembako," ujar dia.
Dia meminta solusi untuk nasib para nakhoda kapal tradisional di Kepulauan Seribu kepada DTKJ untuk disampaikan ke Pemprov DKI.
"Kalau transportasi darat mereka masih bisa dikit walau pendapatan cuma 50 persen dari biasa tapi masih dapat. Kalau saya sudah beneran off. Jadi nakhoda kapal tradisional itu sudah benar-benar enggak kerja. Jadi minta solusinya gimana itu Pak," tuturnya.