Dampak Pandemi Corona, Kusir Andong di Yogya Mulai Jual Kuda Kesayangan

13 Juli 2021 16:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sadiyo (63), kusir andong mengenakan face shield ketika bekerja.  Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sadiyo (63), kusir andong mengenakan face shield ketika bekerja. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi corona menghantam semua sektor kehidupan tak terkecuali para kusir andong di Yogyakarta. Pemberlakuan PPKM Darurat juga membuat mereka harus beralih profesi sementara untuk menyambung hidup.
ADVERTISEMENT
Ketua Paguyuban Kusir Andong DIY Purwanto mengatakan salah satu alternatif pekerjaan yang banyak dilakukan teman-temannya adalah laden tukang atau menjadi asisten tukang. Pekerjaan ini tidak sesulit tukang yang harus memiliki keahlian khusus.
“Pekerjaan sekarang yang bisa dilakukan laden tukang. Kalau tukang enggak bisa karena harus keterampilan khusus, jadi membantu tukang,” kata Purwanto melalui sambungan telepon, Selasa (13/7).
Para kusir ini harus terus bekerja. Selain menghidupi keluarga, kuda kesayangan mereka juga harus diberi pakan mulai dari rumput hingga dedak.
“Rumput harus dicampur sama dedak. Kita bekerja kalau enggak ada ya tabungan (untuk membeli pakan),” ujarnya.
Namun pandemi yang berlarut-larut ini kerap membuat para kusir andong buntu. Sementara kebutuhan tetap harus dicukupi. Ada kusir andong yang terpaksa harus menjual salah satu kuda kesayangan mereka.
ADVERTISEMENT
“Ada yang enggak bisa beli makan kuda, menjual kuda untuk makan kuda (lainnya). Kuda (yang tersisa) ini untuk modal narik lagi,” katanya.
Grab Andong di Yogyakarta. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Purwanto mengaku belum mendata berapa kusir kuda yang terpaksa menjual andongnya. Namun informasi-informasi itu memang masuk dari para anggotanya.
Pangsa pasar kuda ini berada di DIY dan Jawa Tengah. Harganya berkisar Rp 15 juta untuk kuda sandelwood kecil. Kemudian jenis peranakan seharga Rp 20-25 juta dan indukan dapat mencapai Rp 40-an juta.
Sementara andongnya sendiri berkisar Rp 40 juta. Pangsa pasar andong lebih kecil karena biasanya yang membeli adalah orang kaya sebagai koleksi maupun pajangan.
Lebih jauh, Purwanto mengakui jumlah kusir andong turun dari tahun ke tahun. Pada 6 tahun lalu masih ada 536 kusir andong. Namun tahun pertama pandemi corona jumlahnya menurun menjadi 474. Per tiga bulan lalu andong yang masih aktif berjumlah 385.
ADVERTISEMENT
“Anggota kita masih 470-an tapi andong yang aktif 385. PPKM Darurat ini nggak bisa masuk Malioboro. Masuk Malioboro juga ngapain paling cuma kangen-kangenan saja,” ujarnya.
Sadiyo (63), kusir andong mengenakan face shield ketika bekerja. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Purwanto mengakui bahwa dia dan anggotanya pernah mendapat bantuan Rp 1,8 juta dari presiden melalui Kapolri. Kemudian mereka mendapat bantuan sembako dari Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X sebanyak dua kali.
“Kanjeng Gusti Paku Alam perhatian sekali kita diberi sembako dua kali beras,” ujarnya.
Hanya saja bantuan resmi dari Pemda DIY menurutnya sejauh ini belum ada. Pihaknya sempat mengajukan bantuan untuk 400-an anggotanya ke Dinas Pariwisata tetapi hanya terakomodir 200-an.
"Padahal kita pelestari budaya kendaraan tradisional berupa andong ini mendukung pariwisata Kota Yogyakarta. Kita baru mendapat insentif dari bantuan Presiden lewat Kapolri, lewat Kakorlantas Polri Rp 1,8 juta tapi setahun lalu," bebernya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo mengatakan bahwa pihaknya sudah menyalurkan bantuan pada 2020 dari Kementerian Pariwisata-Polri. Di dalamnya termuat juga insentif dari Pemda DIY.
“Kalau (bantuan) yang sekarang baru dibahas. Pendataannya kita verifikasi lagi. Doakan nanti tidak lama lagi. Pemerintah pusat juga sudah memberikan rambu-rambunya kita juga akan segera,” ujarnya.