Dapat Rp 2,4 Miliar dari Gusuran Tol Yogya-Bawen, Sumianto Borong 3 Mobil

3 September 2021 14:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sumianto (41) warga warga di Pedukuhan Pundong 3, Desa Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beli mobil baru usai dapat uang gusuran tol Yogya-Bawen. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sumianto (41) warga warga di Pedukuhan Pundong 3, Desa Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beli mobil baru usai dapat uang gusuran tol Yogya-Bawen. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah warga di Pedukuhan Pundong 3, Desa Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), jadi miliader baru. Mereka medapat ganti rugi usai rumah atau tanahnya digusur guna pembangunan tol Yogya-Bawen.
ADVERTISEMENT
Sumianto (51), salah seorang warga yang mendapat ganti rugi tol, mengaku mendapat Rp 2,4 miliar karena rumah dan sawahnya kena gusur untuk proyek tol itu. Uang itu kemudian dia belanjakan untuk membeli tanah dan tiga mobil.
"Dapat Rp 2,4 miliar lebih. Digunakan untuk dagang, dikembalikan ke tanah lagi, beli rumah. Selain rumah juga beli mobil, [juga] untuk biaya sekolah," ujar Sumianto saat ditemui di rumahnya, Jumat (3/9).
Sumianto (41) warga warga di Pedukuhan Pundong 3, Desa Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beli mobil baru usai dapat uang gusuran tol Yogya-Bawen. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Tiga mobil itu masing-masing dua mobil baru, yaitu Mitsubishi Xpander seharga Rp 271 juta dan pikap Suzuki Carry Rp 165 juta. Juga satu mobil bekas Honda Jazz seharga Rp 165 juta.
Sumianto mengatakan mobil Jazz untuk anak perempuannya. Kemudian, anaknya yang laki-laki dibelikan Xpander sebagai penyemangat kuliah di UNY.
Sumianto (41) warga warga di Pedukuhan Pundong 3, Desa Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sementara untuk mobil pikap digunakan Sumianto sendiri untuk menunjang usaha dekorasi pengantin miliknya.
ADVERTISEMENT
"Hadiah anak masuk kuliah yang satu, yang Xpander. (Pikap) ini untuk dagang sama usaha dekorasi. Yang Jazz untuk anak perempuan. Iya, mereka minta dibelikan Jazz sama Scoopy (motor)," ujarnya.
"Selama ini [saya] usaha bengkel dan dekorasi. Ini (mobil pikap) untuk memudahkan dekorasi dan dagang juga, sayuran. Sudah jalan dagang sayuran," ujar Sumianto.
Selain itu, dia juga membeli 3 motor dan dua bidang tanah di Pedukuhan Pundong 5 dan Pedukuhan Pundong 3. Lokasi pertama akan dijadikan tempat tinggal dan yang satunya dijadikan gudang dekorasi.
"Ya pertama nggak ikhlas (kena tol), tapi, ya, bagaimana lagi. Ya, berat, ya. Karena tanah warisan saya sendiri," ujarnya.
Uang gusuran ini juga akan dimanfaatkan untuk pendidikan anak. Sebelumnya, dia sempat bingung untuk biaya pendidikan anaknya. Sumianto memiliki dua anak. Satu sudah kuliah yang laki-laki dan yang perempuan sudah menikah.
ADVERTISEMENT
"Penghasilannya kurang, lagian ada pandemi ini juga susah. Bayar kuliah Rp 25 juta," bebernya.
Kepala Dukuh Pundong 3, Pekik Basuki, menjelaskan total ada 45 bidang tanah di wilayahnya yang terdampak tol terdiri dari pekarangan dan rumah. Dari jumlah itu 25 di antaranya merupakan rumah. Sumianto tak menjelaskan berapa meter persegi tanahnya yang kena gusuran. Namun, biaya ganti rugi tanah di sana yang kena gusuran per meternya mencapai Rp 4 juta. Itu artinya, tanahnya mencapai 600 meter persegi.
Sejauh ini, tidak banyak warga yang membeli mobil. Selain Sumianto, ada tiga warga lain yang membeli mobil, tapi hanya mobil seken.
"Masyarakat baru memprioritaskan mengganti tanah yang hilang dan tempat tinggal. Yang beli kendaraan ada satu dua. Warga yang lain cuma satu tapi seken," kata dia.
ADVERTISEMENT