news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dari Hulu ke Hilir Penanganan Sampah Jakarta

20 Juli 2022 6:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat,. Foto: Pemprov DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat,. Foto: Pemprov DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
Keterbatasan lahan di pembuangan akhir Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, membuat Pemprov DKI Jakarta harus berpikir cermat tentang cara memanfaatkan lahan yang tersisa dengan baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Sampah masyarakat Jakarta mencapai 7.500-7.800 ton per hari yang berakhir di Bantar Gebang. Tak heran bila sampah Jakarta menjadi pemasok utama di sana. Namun yang menjadi masalah adalah kian hari lahan Bantar Gebang kian terbatas.
Mengurangi penggunaan sampah adalah salah satu solusi. Mungkin memang terdengar sulit, tetapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Ini yang kemudian menjadi keinginan besar Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, untuk mengurangi penggunaan sampah dari hulu hingga ke hilir.

Pengelolaan Sampah dari Hulu ke Hilir

Sejumlah petugas membersihkan sampah di kolam penampungan air kawasan Muara Angke, Jakarta. Foto: Pemprov DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan telah mengeluarkan Peraturan Gubernur No. 102 Tahun 2021 tentang pengelolaan sampah di kawasan dan perusahaan.
Kepala Dinas LH DKI Jakarta Asep Kuswanto menyadari bahwa lingkungan kawasan perusahaan tentu sangat banyak. Jika seluruh sampah di DKI Jakarta tidak lebih dulu dipilah dan dikelola dengan benar, kawasan Bantar Gebang akan segera penuh.tinggal menghitung hari
ADVERTISEMENT
“Kewajiban pengelolaan sampah di kawasan dan perusahaan,termasuk sampah plastik, pelaku usaha wajib mengelolanya,” kata Asep kepada Kumparan.
Konsep tersebut adalah penanganan dan pengelolaan sampah di hulu. Lalu bagaimana dengan di hilir yang melibatkan masyarakat langsung?
Sejak 2020, Pemprov DKI menerapkan kebijakan zero waste, dengan tidak menggunakan kantong plastik kresek lagi. Pemprov DKI mengarahkan masyarakat untuk menggunakan wadah daur ulang yang tidak membuat sampah semakin menumpuk.
Setelah aturan ini diterapkan selama kurang lebih dua tahun, masyarakat memang sudah mulai bertransformasi. Sekarang supermarket tidak lagi menyediakan kantong kresek,sehingga membuat warga menyiapkan tas daur ulang setiap kali berbelanja.

Mengubah Sampah Jadi Bahan Bakar dan Budidaya Maggot

Laboratorium Maggot di Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Foto: Twitter/@dinaslhdki
Target Jakarta untuk mengurangi sampah di DKI Jakarta tentu tidak bisa dilakukan sendirian. Dalam hal ini Pemprov DKI melibatkan kehadiran pihak ketiga untuk mengelola sampah.
ADVERTISEMENT
Ferry Johan salah satunya. Direktur PT Mitra Karunia Indah ini memang beberapa kali terlibat langsung dengan pengelolaan sampah di tengah masyarakat. Bahkan, pemilik salah satu perusahaan di Jakarta Utara tersebut juga turut terlibat dalam pengelolaan sampah mandiri,
Perusahaan yang juga bergerak di bidang usaha ritel ini memilih untuk memakai teknologi RDF (Refused Derives Fuel), untuk mengubah sampah anorganik di perusahaan tersebut menjadi bahan bakar buat mengolah aspal.
“Ini adalah salah satu solusi yang sangat baik ya, untuk mengolah sampah-sampah anorganik. Selama ini kita bermasalah salah satunya dengan plastik. Plastik itu kan hancurnya bisa ratusan tahun. Dengan dibakar melalui proses yang baik seperti ini, plastik bisa habis. Kalau menurut saya sih, (RDF) ini bagus sekali ya,” kata Ferry saat dihubungi Kumparan, Senin (18/7).
ADVERTISEMENT
Petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor menunjukkan hasil panen budidaya maggot di Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse dan Recycle (TPS 3R) DLH, Paledang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/12). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO
Sebuah RDF bisa mengolah 300 kilogram sampah setiap jam. Totalnya, pengelolaan sampah RDF di salah satu kawasan Jakarta Utara itu bisa mengolah hampir dua ton sampah per hari.
Sedangkan untuk sampah anorganik, Ferry menggunakan metode komposting dan biokonversi BSF (Black Soldier Fly) dengan menggunakan maggot. Dengan kemampuannya yang bisa memakan hingga lma kali bobot tubuhnya, maggot ideal digunakan untuk mengolah sisa-sisa makanan.
“Bekas-bekas makanan kita olah pakai maggot. Terus si maggotnya itu kita kasih buat makanan ikan lele. Ada juga yang kita kasih buat peternak. Jadi terbentuk suatu circular economy,” kata Ferry.
Untuk budidaya maggot, Ferry bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). DLH sudah beberapa kali melakukan penyuluhan atau kelas khusus untuk membudidayakan maggot.
ADVERTISEMENT
“Kebetulan untuk BSF atau maggot ini juga kita masih belajar. Dari DLH itu kadang-kadang suka kasih penyuluhan tentang bikin maggot itu bagaimana. Suka ada pembinaan, kadang juga ada pengecekan,” jelas Ferry.
Proses homogenizers untuk membuat ukuran sampah utuh menjadi lebih kecil dengan Mesin cacah RDF di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan
DLH memang tengah menggencarkan program penyuluhan dan kelas khusus metode komposting dan biokonversi BSF di tengah masyarakat. Saat ini sudah ada 66 paket rumah maggot yang tersebar di seluruh DKI Jakarta.
“Tahun depan direncanakan akan memberikan 84 paket rumah maggot kepada masyarakat di kota administrasi Jakarta,” tutur Asep.

Pengelolaan Sampah di Lingkungan Perumahan

Sampah residu rumah tangga jika diakumulasikan dari suatu wilayah juga tidak kalah banyak dengan sampah di gedung-gedung bertingkat.
Seluruh sampah dari setiap rumah akan dikolektifkan oleh petugas. Setelah itu biasanya sampah dibawa ke bank sampah terdekat di lokasi tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Ke depannya, DLH tengah menyiapkan konsep untuk membuat bank sampah induk berbadan hukum. Asep ingin bank sampah induk bisa berupa BLUD (Badan Layanan Umum Daerah, BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), PT (Perseroan Terbatas), Koperasi, dan yayasan. Karena itu, DLH membuka peluang kepada masyarakat peduli sampah yang ingin berkolaborasi mengelola sampah.
Sampah hasil pengelolaan RDF di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan
“Pemprov DKI membuka peluang kolaborasi kepada seluruh stakeholder untuk membantu pengelola sampah di RW atau Bank Sampah. Melalui platform KSBB (Kolaborasi Sosial Berskala Besar) Persampahan, stakeholders dapat memberikan berupa sarana prasarana, pelatihan, kampanye, konten edukasi, dan lain-lain yang terkait dengan bidang persampahan,” jelas Asep.
Selain bermanfaat bagi lingkungan, pengelolaan sampah juga dapat memiliki sisi ekonomis yang berpeluang menjadi sumber penghasilan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Ke depannya akan dibentuk badan usaha berupa koperasi untuk menunjang sisi bisnis pengelolaan sampah dengan metode BSF atau maggot, dan dibuka kesempatan pelibatan komunitas atau penggiat maggot individu dalam menangani sampah organik di pasar,” pungkasnya.