Dari Klaster Bus di Singapura, RI Harus Belajar Corona 'Galak' di Ruang Tertutup

29 Oktober 2021 14:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah wisatawan saat menaiki bus Singapura. Foto: AFP/ROSLAN RAHMAN
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah wisatawan saat menaiki bus Singapura. Foto: AFP/ROSLAN RAHMAN
ADVERTISEMENT
Singapura telah menutup total 8 klaster interchange bus sejak Agustus hingga Oktober 2021 ini. Hal ini mendapatkan tanggapan dari Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, 537 kasus infeksi dilaporkan terkait dengan klaster tersebut. Ratusan pengemudi bus tersebut juga terinfeksi corona. Padahal Otoritas Transportasi Darat (LTA) Singapura mengatakan bahwa 99% di antaranya telah memperoleh vaksinasi dosis lengkap.
Menurut Zubairi, kejadian penularan corona di dalam transportasi umum tersebut menunjukkan bahwa penelitian soal virus ini menular dengan cepat di dalam ruangan semakin kuat.
"Singapura mengalami klaster besar-besaran dari moda transportasi bus. Ini memperkuat studi-studi yang menyebut bahwa SARS-CoV-2 bisa menular lewat udara di dalam ruang tertutup. Termasuk dari studi JAMA Internal Medicine," tulisnya melalui Twitter, Jumat (29/10).
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
Berdasarkan penelusuran kumparan, JAMA Internal Medicine mempublikasikan hasil penelitian berjudul Community Outbreak Investigation of SARS-CoV-2 Transmission Among Bus Riders in Eastern China pada 1 September 2020.
ADVERTISEMENT
Studi tersebut mempelajari suatu klaster yang terdiri dari 128 orang sebagai penumpang dalam 2 bus untuk menghadiri kegiatan ibadah.
24 dari 68 orang (35,3% [termasuk pasien indeks]) orang di bus 2 didiagnosis COVID-19 setelah peristiwa tersebut. Sedangkan dari 60 orang di bus 1 tidak ada yang terinfeksi.
Sehingga disimpulkan bahwa potensi penyebaran kasus terjadi lebih besar di dalam ruangan yang tertutup, terutama jika terdapat orang yang terinfeksi COVID-19. Artinya virus ini memang lebih 'galak' di ruang tertutup.
Jadi, pemerintah Indonesia seharusnya mewaspadai ini. Apalagi jelang Nataru, bus-bus diyakini akan dipenuhi masyarakat yang ingin bepergian.
"Orang yang naik bus ke acara ibadah dengan pasien COVID-19 memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi SARS-CoV-2 daripada orang yang naik bus lain ke acara yang sama."
ADVERTISEMENT
"Penyebaran SARS-CoV-2 di udara tampaknya berkontribusi pada tingkat serangan yang tinggi di bus yang terpapar. Upaya pencegahan dan pengendalian di masa depan harus mempertimbangkan potensi penyebaran virus melalui udara," lanjut tulisan tersebut.