news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Darurat Asap di Riau, Kalteng, dan Kalsel Dinyatakan Selesai

31 Oktober 2019 19:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi BNPB terkait kebencanaan tahun 2019, di Ruang Soetopo Purwo Nugroho. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi BNPB terkait kebencanaan tahun 2019, di Ruang Soetopo Purwo Nugroho. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Status darurat asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan telah usai. Hal tersebut disampaikan oleh Kapusdatin BNPB, Agus Wibowo.
ADVERTISEMENT
“Siaga daruratnya Riau selesai. Kalteng dan Kalsel juga selesai. Sisanya, Kalbar sampai 31 Desember, Jambi dan Sumsel sampai 10 November,” kata Agus, di Graha BNPB, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (31/10).
Ia juga menjelaskan, status darurat sudah usai akibat penurunan titik panas berdasarkan pantauan dari BNPB, per 31 Oktober.
“Data BNPB per 31 Oktober 2019, pukul 09.00 WIB mencatat titik panas di wilayah prioritas penanganan Karhutla di Sumatera Selatan sebanyak 185 titik, Jambi 8, dan Riau tidak terdeteksi. Sedangkan di Kalimantan Tengah, titik panas berjumlah 134 titik, Kalimantan Selatan 107 dan Kalimantan Barat 36,” ucapnya.
Sementara itu, selain pemantauan dari BNPB, pemerintah daerah juga berperan dalam penentuan status darurat tersebut. Status ditentukan pula oleh curah hujan yang terus meningkat di beberapa lokasi.
ADVERTISEMENT
“Itu yang memutuskan gubernur, hujan sudah banyak dan hotspot berkurang. Lalu diperkirakan hujan akan terus berlangsung sampe beberapa bulan ke depan. Jadi diputuskan untuk dihentikan tanggal 31 hari ini, operasi dihentikan tapi akan masuk ke mode normal,” kata Agus.
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pun sudah dihentikan, meski beberapa Helikopter masih ada di Kalbar, Jambi dan Sumsel untuk membantu penanganan Karhutla.
Kualitas udara di 3 provinsi, yakni Kalimantan Tengah, Jambi dan Sumatera Selatan masih dalam batas tidak sehat. Sementara di wilayah lain yang terdampak Karhutla, berangsur membaik.
Konferensi BNPB terkait kebencanaan tahun 2019, di Ruang Soetopo Purwo Nugroho. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
“Kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 dan bersumber dari KLHK masih pada ambang sedang hingga tidak sehat. Kualitas udara tidak sehat masih terpantau di Kalimantan Tengah, Jambi dan Sumatera Selatan, sedangkan wilayah lain pada kualitas sedang. Karhutla pada kawasan lain terpantau masih terjadi di Gunung Cikuray, Sumbing, Ungaran dan Rinjani,” kata Agus.
ADVERTISEMENT
BNPB juga mencatat, sejak 1 Januari hingga 31 September Karhutla telah memakan lahan sebesar 857.756 hektar dari wilayah seluruh Indonesia.