Dasar Laut di Selat Sunda Mendangkal 40 M Kena Longsoran Anak Krakatau

2 Januari 2019 11:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KRI Rigel (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
KRI Rigel (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) turut memantau kondisi Gunung Anak Krakatau usai longsorannya menyebaban tsunami Selat Sunda. Dari hasil penelitian, dasar laut di Selat Sunda mendangkal hingga 40 meter.
ADVERTISEMENT
TNI AL menurunkan KRI Rigel-933 untuk melakukan survei hidro-oseanografi dan investigasi di area longsoran Gunung Anak Krakatau setelah terjadinya erupsi dan tsunami di perairan Selat Sunda. Kapushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro mengatakan, berdasarkan data dari Multi Beam Echosounder (MBES) terdapat pendangkalan dasar laut. Hal ini dibandingkan dengan data survei hidro-oseanografi Pushidrosal tahun 2016.
"Hasil Survei Tim Pushidrosal pada 29 sampai 30 Desember 2019, perairan di Selatan Gunung Anak Krakatau diperoleh perubahan kontur kedalaman 20 sampai dengan 40 meter lebih dangkal. Tentunya hal ini dikarenakan adanya tumpahan magma dan material longsoran Gunung Anak Krakatau yang langsung jatuh ke laut," kata Harjo seperti dikutip dari instagram resmi TNI AL, @tni_angkatan-laut, Rabu (2/1).
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Instagram/@tni_angkatan_laut)
zoom-in-whitePerbesar
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Instagram/@tni_angkatan_laut)
Tak hanya itu, berdasarkan data visual radar, ada perubahan morfologi bentuk Gunung Anak Krakatau pada sisi barat. Perubahan itu mencapai 401.000 meter persegi.
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Instagram/@tni_angkatan_laut)
zoom-in-whitePerbesar
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Instagram/@tni_angkatan_laut)
"Ini lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan menjadi cekungan kawah menyerupai teluk. Pada cekungan kawah ini masih dijumpai semburan magma gunung anak Krakatau yang berasal dari bawah air, laut,” tambah dia.
Petugas melihat erupsi Gunung Anak Krakatau. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melihat erupsi Gunung Anak Krakatau. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Harjo berharap, semua data yang diperoleh dari tim di KRI Rigel dapat menjadi acuan instansti terkait untuk menentukan langkah penanganan terhadap aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Sehingga, mitigasi bencana dapat lebih efektif.
ADVERTISEMENT
“Data batimetri, oseanografi, data layer dasar laut yang diperoleh dari peralatan sub bottom profiling (SBP) diharapkan dapat diteliti dan dianalisis lebih detail lagi oleh peneliti, pakar, dan akedemisi sehingga mampu memberikan informasi kepada pemerintah serta masyarakat fenomena yang terjadi pasca-erupsi dan tsunami di perairan Selat Sunda,” ucap dia.