Demo Tolak Pembatasan Ketat di Slovenia Ricuh, Polisi Terluka

16 September 2021 6:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Polisi Slovenia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Polisi Slovenia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Demo menolak pembatasan ketat akibat corona di Slovenia berujung ricuh. Polisi harus menembakkan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan massa yang berkumpul di pusat ibu kota Ljubljana.
ADVERTISEMENT
Demo menolak pembatasan pada Rabu (15/9) itu merupakan yang terbesar terjadi di Slovenia. Polisi menyebut kegiatan itu diikuti oleh 8.000 orang.
"Polisi turun tangan untuk membubarkan unjuk rasa setelah pengunjuk rasa mulai melemparkan botol, batu, dan petasan," kata polisi dikutip dari AFP.
Bentrokan itu membuat sejumlah polisi terluka. Beberapa pengunjuk rasa juga ditahan.
Pembatasan ketat mulai kembali berlaku pada Rabu. Pemerintah juga memberlakukan kebijakan sertifikat "PCT" sebagai syarat untuk pergi bekerja atau mengunjungi toko. Sertifikat itu bisa didapat jika warga negara sudah divaksinasi, dites, atau telah pulih dari virus.
Kebijakan itu diambil pemerintah setalah ada kenaikan kasus corona sebesar 45 persen.
Meski begitu tidak semua masyarakat setuju dengan kebijakan tersebut, salah satunya oleh mereka yang tidak percaya dengan COVID-19. Mereka lalu melakukan protes dengan turun ke jalan dan membentangkan spanduk penolakan pembatasan ketat.
ADVERTISEMENT
Menteri Dalam Negeri Ales Hojs dalam sebuah tweet menyalahkan oposisi dan media atas kericuhan demo tersebut.
"Dengan kekerasan dan vandalisme, pengunjuk rasa menunjukkan seperti apa fasisme kiri. Jurnalis media arus utama akan kembali mengatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab," tulis Hojs.
Hojs membandingkan protes tersebut dengan protes terhadap pemerintah yang diselenggarakan pada November 2020. Saat itu lebih dari 15 petugas polisi dan seorang jurnalis terluka.