news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Demokrat: Saat Bertemu AHY, JK Bilang Tak Mungkin Jokowi Bela Moeldoko

15 Maret 2021 14:36 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
AHY bertemu Jusuf Kalla.  Foto: DPP Demokrat
zoom-in-whitePerbesar
AHY bertemu Jusuf Kalla. Foto: DPP Demokrat
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sempat mengunjungi kediaman eks Wapres Jusuf Kalla (JK), Minggu (14/3). Deputi Balitbang Demokrat, Syahrial Nasution, yang ikut dalam pertemuan itu mengatakan, JK sempat memberikan sejumlah pesan kepada AHY terkait kisruh Demokrat.
ADVERTISEMENT
Syahrial mengatakan, JK meminta AHY sabar dan tidak emosional dalam menghadapi kisruh partai. Dalam pertemuan itu, kata dia, JK yakin Presiden Jokowi tak akan membela KSP Moeldoko dan tetap taat pada ketentuan dan aturan yang ada.
"Beliau mendoakan apa yang terjadi saat ini dengan Partai Demokrat, jika Mas AHY menghadapi dengan sabar, tidak emosional insyallah pasti akan ini selesai dengan segera. Dan beliau juga sampaikan rasanya tidak mungkin Pak Jokowi akan berpihak. Pasti akan taat terhadap prosedur yang ada," kata Syahrial, Senin (15/3).
"Beliau sama sekali tidak melihat adanya Pak Jokowi ingin ikut campur, apalagi membela Moeldoko hanya karena Moeldoko jabatannya sebagai KSP," sambungnya.
Pertemuan antara AHY dan JK, kata dia, berlangsung sangat hangat. JK merupakan Wapres yang sempat mendampingi Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
AHY bertemu Jusuf Kalla. Foto: DPP Demokrat
Selain itu, menurut dia, JK berpandangan kondisi demokrasi dalam bahaya jika seseorang yang memiliki uang melakukan kudeta partai.
ADVERTISEMENT
"Kemudian Pak JK kemarin menyampaikan bahaya untuk demokrasi di negara kita seandainya ada orang yang punya duit terus dia beli jaket partai 10 biji terus bikin acara eh langsung disebut KLB. Jadi ini sangat rusak padahal dalam proses kongres atau suksesi kepartaian itu ada aturannya," ujarnya.
Sebagai senior partai, JK mengaku seringkali melihat adanya perpecahan di internal partai seperti PKB, Golkar, dan PPP. Namun, kisruh Demokrat tak biasa karena melibatkan pihak eksternal.
"Beliau merasa sangat kecewa karena selama ini kisruh internal, kisruh partai itu, dilakukan oleh orang-orang internal. Bahwa tidak ada yang berada di dalam pemerintahan itu lain soal. Tapi terjadi antara sesama internal partai gitu," ujarnya.
"Nah, kala terjadi sesama orang internal ada masalah akan lebih mudah diselesaikan. Tapi begitu masuk tokoh dari luar partai, orang dari luar partai ini menjadi sulit karena chemistry-nya tidak akan sama," tandas Syahrial.
ADVERTISEMENT