Denny JA Prediksi Pilpres 2024 Panas: Ada Pertarungan 4 Ideologi

2 Juli 2019 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Denny JA (kanan). Foto: Fadjar Hadi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Denny JA (kanan). Foto: Fadjar Hadi/kumparan
ADVERTISEMENT
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA memprediksi pertarungan Pilpres 2024 akan jauh lebih panas dibanding Pilpres 2019. Sebab, menurut Denny, pertarungan Pilpres 2024 tidak hanya merebutkan kekuasaan politik dan ekonomi semata. Tapi, juga ada pertarungan ideologi.
ADVERTISEMENT
"Pertikaian politik akan terus berlanjut, sahut-sahutan, saling kritik, saling menghujat akan tetap mewarnai ruang publik kita hingga Pilpres 2024 nanti," kata Denny di Kantor LSI, Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Selasa (2/7).
Denny mengatakan pertarungan ideologi jauh lebih sulit dihentikan dibanding pertarungan merebut kekuasaan politik dan ekonomi.
"Ada elemen pertikaian ideologi, ada perbedaan soal mimpi Indonesia masa depan dan posisi yang berseberangan soal paham kenegaraan. Pertarungan ideologi akan berhenti jika ideologi itu kehilangan pengikutnya dalam jumlah yang signifikan," ucap Denny.
Denny menyebut ada empat ideologi yang bersaing di Indonesia ini. Empat Ideologi ini pada Pilpres 2019 ada di kubu Jokowi-Ma'ruf dan juga kubu Prabowo-Sandi. Empat kubu yang bertarung yakni ideologi politik reformasi, ideologi Islam politik, ideologi kembali ke UUD 45 dan ideologi Hak Asasi Manusia (HAM). Keempat ideologi ini kata Denny, akan tetap bertarung di Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
"Kompetisi ideologi tetap lanjut sampai 2024. Pertama, kita sebut saja ideologi politik reformasi. Paham ini dibawa oleh Presiden Habibie ketika menjabat sebagai presiden pertama era reformasi. Lalu dilanjutkan Gus Dur, Megawati, SBY dan sekarang Jokowi. Ini ideologi mainstrem, PDIP ada di sini juga Golkar, juga kaum minoritas. Dalam Pilpres 2019 tempo hari, mayoritas pendukung ideologi ini ada di kubu Jokowi," jelas Denny.
Denny melihat, ideologi politik reformasi ini mendapat tantangan dari tiga ideologi lainnya. Tantangan terbesar berasal dari ideologi Islam politik yang berada di kubu Prabowo-Sandi.
"Ideologi Islam politik paham ini menginginkan syariat Islam lebih berperan di ruang publik, bentuknya bisa macam- macam bisa negara Islam, bisa sistem khilafah, bisa juga dengan nama NKRI bersyariah," ucap Denny.
ADVERTISEMENT
Denny menjelaskan, paham ideologi saat ini menurut kelompok ideologi Islam, terlalu sekuler dan liberal.
Direktur Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Paham ideologi sini yang berlaku terlalu memisahkan politik dari agama. Kelompok yang menonjol dalam ideologi ini adalah FPI, HTI. Kedua ormas ini berperan signifikan dalam Pilpres 2019 di belakang Prabowo," lanjut Denny.
Lalu, ideologi ketiga yakni kembali ke UUD 45. Denny mengatakan paham ini tak menyetujui sistem politik ekonomi yang berlaku sekarang, mereka menganggap secara politik terlalu liberal dan secara ekonomi terlalu memberikan ruang pada perusahaan asing.
"Pelopor paham ini awalnya adalah Persatuan Purnawirawan Angkaran Darat di tahun 2009, tokohnya adalah Letnan Jenderal Suryadi. Mantan panglima TNI Djoko Santoso yang merupakan pendukung Prabowo juga ada di barisan ini," tutur Denny.
ADVERTISEMENT
Terkahir, ideologi yang ada di Indonesia yakni ideologi HAM. Denny menuturkan, paham ini banyak mengkritik pemerintahan Jokowi karena dianggap kurang liberal. Selain itu, Jokowi juga dianggap tidak tuntas dalam menyelesaikan isu HAM, mulai dari kasus 65 hingga pembunuhan Munir.
"Tokoh ideologi ini lebih banyak dari LSM di tahun 2019, salah satu tokohnya memilih abstein. Harris Azhar, dia mengkritik keras Jokowi, tapi dia juga tak mau membela Prabowo yang dia anggap punya catatan hitam soal HAM," tutup Denny.