Deretan Temuan Baru Komnas HAM Terkait Kasus Brigadir Yosua

6 Agustus 2022 6:28 WIB
ยท
waktu baca 7 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto alm. Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Foto alm. Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komnas HAM mengungkapkan sejumlah temuan dari penyelidikan yang mereka lakukan terkait tewasnya Brigadir Yosua. Polisi berpangkat Brigadir ajudan Irjen Ferdy Sambo itu meninggal di rumah dinas atasannya pada Jumat (8/7).
ADVERTISEMENT
Penyebab pasti meninggalnya Yosua masih menjadi tanda tanya. Keterangan polisi di awal kasus dibuka ke publik pada Juli lalu diragukan oleh pihak keluarga.
Untuk mengungkap kebenaran kasus tersebut Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membentuk tim khusus yang juga melibatkan Komnas HAM.
Berikut temuan baru Komnas HAM dalam penyelidikan tersebut?
Berikut rangkumannya:

Ada Langkah yang Membuat seperti Bharada E Tanggung Semua

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik di Komnas HAM Jakarta, Rabu (27/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Bareskrim Polri telah menetapkan Bharada E alias Richard Eliezer sebagai tersangka pembunuhan Brigadir Yosua. Ia disangkakan Pasal 338 KUHP Jo Pasal 55 dan 56 KUHP.
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik menilai ada upaya untuk mengorbankan Bharada E dalam kasus ini. Sebab hingga kini rekaman CCTV di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo tidak kunjung dibuka.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami ribut-ribut soal CCTV itu karena kami melihat ada langkah-langkah lain tapi saya belum bisa buka, langkah-langkah yang memang sepertinya nanti Bharada E aja yang nanggung semua ini," kata Taufan dalam diskusi 'menguak kasus penembakan Brigadir J: Masa Depan Polri di Tangan Bareskrim dan Satgasus', Jumat (5/8).

Ragukan Istri Sambo Masih Trauma

Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo bersama istri, Ny Putri Sambo. Foto: Instagram/@divpropampolri
Komnas HAM mengusulkan agar istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Chandrawathi, diperiksa oleh tim psikolog independen. Pemeriksaan itu untuk memastikan kebenaran Putri masih trauma karena insiden dugaan pelecehan yang menyertai tewasnya Brigadir Yosua.
"Tetapi memang kita bisa mengusulkan, sebetulnya penyidik sudah bisa mendatangkan tim psikolog independen untuk menguji apa benar dia mengalami PTSD, Post Traumatic-Stress Disorder itu. Apa benar dia alami itu (trauma) karena sudah tiga minggu," ujar Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, dalam Fokus Grup Diskusi 'Menguak Kasus Penembakan Brigadir J: Masa Depan Polri di Tangan Bareskrim dan Satgasus', Jumat (5/8).
ADVERTISEMENT
Apabila Putri benar-benar mengalami trauma, maka semua pihak harus menghormati haknya sebagai korban. Namun apabila tak terbukti, maka ia harus menghadiri pemeriksaan, termasuk oleh Komnas HAM.

Riki Lihat Yosua Acungkan Senjata Tapi Tak Tahu Siapa Lawannya

Massa aksi yang tergabung dalam Tim Advokat Penegak Hukum & Keadilan (TAMPAK) menggelar aksi bertajuk 1.000 lilin tragedi kematian Yosua Hutabarat di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (22/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkap keterangan salah satu ajudan Irjen Sambo, Riki, yang berada di rumah dinas saat Brigadir Yosua tewas. Menurut Taufan Riki tidak melihat secara langsung kejadian tembak-menembak tersebut.
Namun, pengakuan Riki dia melihat bahwa Brigadir Yosua mengacungkan senjata, tetapi Riki tidak melihat siapa lawan tembak Brigadir Yosua.
"Ini kan baru keterangan Bharada E sendirian yang kemudian diperkuat oleh keterangan Riki yang juga berada di lantai bawah. Tetapi Riki sebenarnya tidak melihat langsung tembak menembak itu, dia katanya melihat Yosua mengacungkan senjata kemudian ketika ada suara tembakan dia sembunyi, jadi dia enggak tahu sebenarnya lawan tembaknya Yosua itu siapa menurut kesaksian dia," kata Taufan dalam acara diskusi virtual bertajuk Menguak Kasus Penembakan Brigadir J, Jumat (5/8).
ADVERTISEMENT
Setelah suara tembakan terhenti, lanjut Taufan, saksi Riki melihat Brigadir Yosua sudah tergeletak di lantai, dan Bharada E atau Richard turun dari tangga.

Ibu PC Kembali ke Rumah Pribadi, Wajahnya Seperti Menangis

CCTV di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (23/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Rekaman CCTV yang didapat Komnas HAM dari Mabes Polri menujukkan istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi kembali ke rumah pribadinya dengan wajah seperti menangis. Saat kembali ia didampingi oleh sekitar dua orang.
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan sebelum kembali ke rumah pribadinya, Putri lebih dulu ke rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, tempat Brigadir Yosua tewas.
Putri bersama ajudan Ferdy Sambo pergi ke rumah dinas usai PCR di rumah pribadinya sekitar pukul 17.01 WIB. Usai mereka pergi barulah Irjen Sambo keluar dari rumah pribadinya dengan mobil.
ADVERTISEMENT
"Enggak berapa lama keliatan lagi CCTV si Ibu PC kembali lagi ke rumah pribadi, nampak wajahnya seperti menangis, didampingi ada satu-dua orang yang di belakangnya," kata Taufan, Jumat (5/8).

Ada Percakapan Terkait Tewasnya Brigadir Yosua di HP yang Diperiksa Komnas HAM

ADVERTISEMENT
Komnas HAM masih menyelidiki kasus tewasnya Brigadir Yosua. Sejauh ini ada 15 ponsel yang diperiksa Komnas HAM untuk melakukan penyelidikan. Dari jumlah itu, 10 ponsel telah selesai diperiksa Komnas HAM.
Dalam pemeriksaan ponsel tersebut, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan telah menemukan percakapan terkait dengan kasus tewasnya Brigadir Yosua.
Namun, Anam tidak bisa menyebutkan detail percakapan itu. Sebab Komnas HAM masih mengkonfirmasinya dengan data-data yang telah dimiliki selama penyelidikan berlangsung.
ADVERTISEMENT
"Yang dalam percakapan HP itu, ya, siapa pun yang memang terlibat dalam peristiwa itu, orangnya siapa enggak bisa kami sebutkan, kapan waktunya juga belum bisa kami sebutkan, karena kami sedang mengkonfirmasi dengan bahan-bahan yang ada di internal kami," kata Anam di Komnas HAM, Jumat (5/8).

Minta Penyidik Tidak Bohong soal CCTV

Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, meminta kepada penyidik untuk tidak berbohong mengenai CCTV dalam kasus tewasnya Brigadir Yosua. Menurut dia untuk mengungkap kasus itu, selain bergantung kepada keterangan saksi-saksi, juga bergantung kepada CCTV sebagai barang bukti.
"Jadi ini semua tergantung pada CCTV dan saksinya. Saya katakan di awal kalau anda baca berita, nonton TV, sebenarnya saya marah, saya akan lapor ke presiden, itu ancaman bahasa saya untuk mengatakan, 'hei kalian jangan bohong tentang CCTV!" kata Taufan dalam acara diskusi virtual bertajuk Menguak Kasus Penembakan Brigadir J, Jumat (5/8).
ADVERTISEMENT

Temuan Komnas HAM via CCTV

Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik memberikan keterangan mengenai pemanggilan 7 ajudan di Komnas HAM, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Komnas HAM telah memeriksa sejumlah ADC atau ajudan, asisten rumah tangga dan rekaman CCTV terkait kasus tewasnya Brigadir Yosua.
Dari sejumlah keterangan dan bukti itu, Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menerangkan bagaimana peristiwa yang terjadi sebelum Brigadir Yosua tewas.
Pertama Irjen Ferdy Sambo tidak pulang dari Magelang ke Jakarta bersama istri dan rombongan ajudannya. Ia pulang lebih dulu menggunakan pesawat pada 7 Juli pagi. Sambo didampingi satu ajudannya bernama Deden.
Sementara rombongan istri Sambo, Putri pulang dari Magelang ke Jakarta menggunakan mobil. Rombongan itu termasuk Brigadir Yosua, Bharada E, serta ajudan lainnya dan asisten rumah tangga Sambo.
"Nah setengah 4 sampai, tapi sebelum itu ada Pak Sambo, masuk bersama ajudannya juga Deden tadi, didampingi satu orang petugas PCR, jadi kayanya mereka sudah menyiapkan petugas PCR karena rombongan Ibu mau datang," kata Taufan, Jumat (5/8).
ADVERTISEMENT
Sambo, kata Taufan, lebih dulu masuk ke rumah pribadi itu dan menuju ruang istirahatnya. Lalu selang 2 atau 4 menit kemudian rombongan Putri masuk ke rumah itu, termasuk Bharada E, Brigadir Yosua, asisten rumah tangga dan beberapa orang lainnya.
Suasana di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (23/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Taufan menggambarkan aktivitas di rumah itu begitu sibuk. Bharada E dan Brigadir Yosua terlihat menurunkan barang dari mobil.
Di belakang rumah pribadinya itu Putri melakukan PCR. Begitupun dengan Brigadir Yosua, Bharada E, serta ajudan dan asisten rumah tangga Putri.
Setelah PCR, ajudan Irjen Ferdy Sambo berkumpul di depan rumah. Mereka terlihat tertawa-tawa. Di saat yang sama Brigadir Yosua menerima telepon dari kekasihnya, Vera.
"Setelah itu kira-kira jam 17.01 atau berapa, mereka naik ke mobil, kelihatan juga, menuju ke rumah dinas itu yang kita sebut sebagai TKP. Enggak berapa lama, berapa menit kemudian Pak Sambo keluar (rumah pribadi) juga menuju tempat lain, tetapi baru berapa menit dia berjalan, dalam CCTV itu berhenti, nah kemudian berbalik mobilnya itu, CCTV enggak bisa menjelaskan apa-apa, tapi hanya keterangan penyidik yang menyatakan bahwa katanya dia menuju rumah dinas itu karena ditelepon oleh istrinya ada kejadian itu, itu versi dia," tambah Taufan.
ADVERTISEMENT

Temuan Komnas HAM Akan Jauh Berbeda dengan Keterangan Awal Polri

Sejumlah orang mengangkat peti jenazah almarhum Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J saat pembongkaran makam di Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (27/7/2022). Foto: Wahdi Septiawan/Antara Foto
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkap sejumlah temuan pihaknya tidak sama dengan pernyataan pertama Polri terkait tewasnya Brigadir Yosua.
Pertama soal penodongan. Polri dalam konferensi pers awal mengatakan Yosua menodongkan pistol. Namun dalam penyelidikan Komnas HAM, tidak ada yang menyatakan hal tersebut.
Tidak adanya saksi terkait penodongan itu juga membuat Komnas HAM meragukan terjadi dugaan pelecehan seksual terhadap istri Sambo, Putri.
"Jadi saksi yang menyaksikan penodongan itu tidak ada, makanya kami juga belum bisa meyakini apa terjadi pelecehan seksual atau tidak," urai Taufan.
"Sehingga sebagai penyelidik kami bertanya-tanya ada apa ini begitu. Tentu saja kami tidak mau menuduh sembarangan tapi kami menduga, ada yang tidak logis begitu," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian soal lokasi PCR Irjen Ferdy Sambo. Polri di awal mengatakan saat peristiwa terjadi Sambo tidak ada di lokasi karena sedang PCR di luar rumah. Tapi penelusuran Komnas HAM menemukan Sambo tiba di rumah pribadinya sehari sebelum peristiwa terjadi.
"Pak Sambo sudah datang duluan satu hari sebelumnya. Jadi cerita ini di awal dengan kemudian berkembang atau sebelum ditelusuri itu banyak yang enggak klop," jelas dia.