Derita Remaja Korsel Penderita Corona: Seperti Dicekik Hingga Mati

23 Maret 2020 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pejalan kaki memakai masker di luar Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan. Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
zoom-in-whitePerbesar
Pejalan kaki memakai masker di luar Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan. Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji
ADVERTISEMENT
Seorang remaja di Korea Selatan mengisahkan penderitaannya mengidap virus corona. Menurut dia, apa yang dialaminya akan fatal jika menimpa orang-orang tua.
ADVERTISEMENT
Namanya Kim, pelajar SMA asal kota Daegu, episentrum penyebaran virus corona di Korsel. Pengalamannya ini dituliskan Kim di Twitter, dikutip oleh koran Hankook Ilbo, seperti yang kemudian diterjemahkan oleh South China Morning Post pekan ini.
Dalam postingan tersebut, remaja perempuan berusia 18 tahun ini mengaku tertular dari seorang jemaah Gereja Yesus Shincheonji yang mendekatinya di jalan pada 20 Februari. Merasa tak sopan berbicara dengan yang lebih tua sambil memakai masker, Kim membukanya.
Pembicaraan itu hanya 10 menit, tapi Kim sudah tertular. "Saya tidak mengira akan terinfeksi dalam waktu singkat," kata dia.
Sepuluh hari setelah pertemuan itu, Kim mulai menunjukkan gejala batuk dan demam. Pada 2 Maret dia melakukan tes virus corona, dua hari kemudian hasilnya keluar menunjukkan dia positif.
ADVERTISEMENT
Tapi karena gejalanya tidak parah, dan rumah sakit penuh, dia diminta mengisolasi diri di rumah. Dia mengunci diri di kamarnya, makanan ditinggalkan keluarganya di depan pintu, sembari menerapkan social distancing di rumah.
Dia harus mengelap toilet dan barang yang disentuhnya dengan disinfektan yang diberikan pemerintah kota. Petugas medis juga meneleponnya beberapa kali sehari untuk mengetahui kondisinya, serta apakah pasokan masker dan keperluan lainnya sudah cukup.
Ilustrasi Corona di Korea Selatan. Foto: Shutter Stock
Seluruh keperluan itu diberikan gratis oleh pemerintah Korea Selatan, termasuk perawatan rumah sakit dan pemeriksaan medis. Gejala Kim memburuk pada 5 Maret dan memuncak pada 7 Maret. Pada 9 Maret, dia dievakuasi ke tempat karantina di Gumi City.
COVID-19 yang diderita Kim tergolong ringan, tapi dia mengaku sangat menderita. Demamnya tinggi, terus menerus keluar keringat, dan kesulitan bernapas saat malam hari. Dia mengaku seperti tercekik.
ADVERTISEMENT
"Setiap menarik napas, paru-paru rasanya seperti ditusuk, dan ketika batuk, tabung bronkial saya tersumbat dahak dan saya merasa seperti dicekik hingga mati," kata Kim.
"Saya juga mengalami sakit perut parah - rasanya usus saya dicabik-cabik. Ketika babak serangan itu berakhir, saya sangat letih."
"Saya kira akan sangat-sangat sulit bagi pasien lansia dengan gejala yang lebih parah untuk melaluinya."
Petugas menyemprotkan disinfektan di pasar ikan di Busan, Korea Selatan. Foto: REUTERS
Kondisinya membaik pada hari ke-10. Dia akhirnya sembuh total dalam pengujian terakhir.
"Saya baru sadar sudah sembuh setelah keluar menghirup udara segar di luar ruang perawatan," ujar Kim.
Sejauh ini sudah 8.800 orang lebih menderita virus corona di Korea Selatan, angka kematian 104 orang. Pemerintah Korsel dinilai berhasil menekan pertambahan penderita corona dengan transparansi dan tes massal yang kredibel dan cepat.
ADVERTISEMENT