Dewan Pers Bentuk Pokja untuk Bantu Media Hadapi Era Disrupsi

21 Januari 2020 19:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Aptika Kemenkominfo Samuel Abrijani Pangerapan (kedua dari kiri) di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/ kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Aptika Kemenkominfo Samuel Abrijani Pangerapan (kedua dari kiri) di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/ kumparan.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dewan Pers menyoroti fenomena disrupsi media dewasa ini, yaitu platform-platform besar berjaya, sementara media konvensional bahkan media online berkembang dengan susah payah.
ADVERTISEMENT
Di saat bersamaan, sisi jurnalistik media terancam dengan penyebaran hoaks di berbagai platform media sosial.
Oleh karena itu, Dewan Pers membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Keberlanjutan Media atau disebut Taskforce Media Sustainability guna mengurus persoalan tersebut.
Ketua Dewan Pers, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa tugas Pokja Keberlanjutan Media adalah mengidentifikasi masalah-masalah media, untuk kemudian dianalisis hingga menjadi rekomendasi penyelesaian.
Rekomendasi penyelesaian itu bisa berbentuk usulan perbaikan dalam hal regulasi hukum, bisa pula dalam bentuk langkah-langkah perbaikan ekosistem antarmedia hingga hubungan dengan agregator.
“Dari situlah kami Dewan Pers membentuk tim atau taskforce untuk memikirkan, mengidentifikasi, apa saja sih perkara yang sekarang dihadapi itu dan apa saja yang harus kita lakukan agar media ini bisa tetap bertahan. Kalau tidak, akan diambil alih oleh sektor yang lain yang pertanggungjawabannya ndak bisa dipegang, seperti media sosial dan seterusnya,” ujar Nuh.
ADVERTISEMENT
“Ujungnya nanti bisa memberikan rekomendasi yang terkait dengan regulasi, tentu nanti kalau regulasi itu pemerintah dan DPR,” imbuh M Nuh.
Sementara itu, Ketua Forum Pemred Kemal E Gani mengatakan bahwa hari ini masalah antara media konvensional dengan agregator terlihat nyata.
Kemal E Gani terpilih ketua Forum Pemred, Kamis (13/9). Foto: Twitter/kemalgani
Kemal menilai, belum ada hubungan fair antara media massa dengan agregator, padahal agregator selama ini mendapatkan keuntungan besar dari distribusi konten berita media-media massa.
“Yang jadi pangkal masalah ada yang belum fair yang dilakukan pemain besar ini, Google, Facebook, dengan teman-teman media di Indonesia. Belum ada hubungan fair media konvensional dan platform tadi,” ujar Kemal.
Maka itu, dengan adanya pokja ini, kata Kemal, relasi timpang tersebut bisa diperbaiki.
“Tujuan pokja ini adalah bagaimana kita media bisa berhubungan baik dengan agregator tadi. Kalau ada hubungan bisinis juga hubungan yang fair juga. Kita kan tak pernah tau bagaimana kalkulasi dilakukan. Kita berharap ada hubungan yang lebih fair, transparan,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Pokja Keberlanjutan Media diisi oleh orang-orang dari beragam unsur, yaitu Dewan Pers, SPS Pusat, PRSSNI, ATVSI, ATVLI, AJI Indonesia, PWI Pusat, IJTI, AMSI, PWI, SMSI, PFI serta Forum Pemimpin Redaksi. Pokja ini diketuai oleh anggota Dewan Pers Agus Sudibyo.
Agus mengatakan, pokja ini akan bekerja selama satu tahun ke depan dan menghasilkan laporan permasalahan, penjajakan, dan opsi-opsi penyelesaian yang akan diserahkan kepada Ketua Dewan Pers.