Diam-diam Israel Izinkan Pemeluk Yahudi Beribadah di Kompleks Masjid Al-Aqsa

25 Agustus 2021 17:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keamanan Israel berdiri dalam posisi selama bentrokan dengan orang-orang Palestina di kompleks yang menampung Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (21/5). Foto: Ammar Awad/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Keamanan Israel berdiri dalam posisi selama bentrokan dengan orang-orang Palestina di kompleks yang menampung Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (21/5). Foto: Ammar Awad/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemerintah Israel dikabarkan secara diam-diam mengizinkan orang Yahudi untuk beribadah di dalam Kompleks Masjid Al-Aqsa. Langkah ini dikhawatirkan dapat mengubah status quo yang sudah ditetapkan pada situs suci tersebut.
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut dilaporkan oleh New York Times pada Selasa (24/8). Seorang rabi (pemuka agama Yahudi) bernama Yehudah Glick bahkan tidak mencoba untuk menyembunyikan diri ketika beribadah dan bahkan menyiarkannya secara langsung.
Kompleks Masjid Al-Aqsa, berlokasi di Kota Tua Yerusalem, merupakan situs suci tiga agama samawi, termasuk Islam dan Yahudi. Bagi pemeluk Yahudi, kompleks ini dikenal dengan nama Bukit Bait Suci (Temple Mount).
Bagi umat Islam, Masjid Al-Aqsa merupakan masjid suci setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1967, Yordania dan Israel sepakat bahwa Islam memegang kontrol di dalam kompleks, sementara Israel akan mengontrol keamanan di luar kompleks.
Orang-orang Palestina berjalan di kompleks yang menampung Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (21/5). Foto: Ammar Awad/REUTERS
Di bawah perjanjian atau status quo ini, non-Muslim diizinkan untuk mengunjungi Kompleks Al-Aqsa, tetapi tidak diperbolehkan untuk beribadah di dalamnya.
Perjanjian antara Yordania dan Israel ini disusun demi menghindari konflik di situs suci tersebut.
Tetapi, dilansir Al Jazeera, Rabi Glick sudah memimpin pergerakan untuk mengubah status quo Kompleks Al-Aqsa selama berpuluh tahun. Bagi Glick, upayanya ini dianggap sebagai “kebebasan beragama”.
Sejumlah pergerakan Yahudi lainnya juga tengah marak, seperti gerakan Temple Mount Faithful dan Temple Institute. Mereka mendesak perubahan peraturan Pemerintah Israel yang melarang pemeluk Yahudi untuk masuk dan beribadah di Kompleks Al-Aqsa.
ADVERTISEMENT
Namun, tentara Israel di lokasi secara rutin mengizinkan kelompok-kelompok orang Yahudi yang tinggal di wilayah Palestina untuk masuk ke dalam kompleks, di bawah perlindungan kepolisian dan militer Israel.

Konflik di Kompleks Masjid Al-Aqsa

Pada tahun 2000, politikus Israel Ariel Sharon memasuki situs suci tersebut dengan didampingi hingga 1.000 polisi Israel. Akibatnya, perlawanan dari Palestina meletus dan menyebabkan terjadinya Intifada kedua.
Tentara Israel mengamankan warga Palestina di kompleks Masjid al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Minggu (11/8). Foto: AFP/AHMAD GHARABLI
Intifada, atau perlawanan bangsa Palestina, ini menyebabkan lebih dari 3.000 orang Palestina dan 1.000 orang Israel tewas.
Konflik di Kompleks Al-Aqsa kembali terjadi pada bulan Mei 2021. Saat itu pasukan Israel berkali-kali memasuki kompleks dan melakukan serangan di Masjid Al-Aqsa. Serangan ini akhirnya menyulut saling serang antara Israel-Hamas selama 11 hari.
ADVERTISEMENT
Menurut Glick, aturan larangan oleh Pemerintah Israel perlahan berubah sejak pemerintahan eks Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Glick mengatakan, kepolisian mengizinkan dia dan sekutunya untuk berdoa di Bukit Bait Suci dengan lebih terbuka lagi sejak 5 tahun lalu,” tulis New York Times dalam laporannya.
Jumlah orang yang diizinkan bahkan semakin bertambah. Namun, kebijakan ini memang tidak pernah dipublikasikan secara luas untuk menghindari reaksi buruk dari publik.
Warga Palestina bereaksi ketika polisi Israel menembakkan granat setrum selama bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (7/5). Foto: Ammar Awad/REUTERS
“Puluhan pemeluk Yahudi kini beribadah secara terang-terangan setiap harinya di bagian terpencil di sebelah timur kompleks, dan kepolisian Israel tidak lagi berusaha menghentikan mereka,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan tak semua warga Palestina dari Tepi Barat diizinkan untuk masuk ke wilayah Yerusalem pada hari Jumat. Mereka bahkan harus mengajukan izin dari pemerintah Israel.
Pembatasan ini menyebabkan kemacetan parah di pos pemeriksaan yang terdapat di antara Tepi Barat dan Yerusalem, saat puluhan ribu warga Palestina harus melewati pemeriksaan keamanan untuk bisa memasuki Masjid Al-Aqsa dan beribadah.