Dikritik DPR, Kepala BPIP Jelaskan Maksud Agama Musuh Pancasila

18 Februari 2020 20:58 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, dicecar anggota Komisi II DPR dalam rapat perdana hari ini, terkait komentarnya menyebut agama musuh Pancasila.
ADVERTISEMENT
Di depan para anggota dewan, Yudian memulai penjelasannya dengan menyebut Pancasila adalah sebuah konsensus bangsa Indonesia yang harus disyukuri.
Namun, dalam pengamalan beragama Islam, faktanya tidak semua bisa menerima Pancasila sebagai konsesus, sehingga Pancasila harus bisa dijelaskan dengan filsafat hukum Islam atau ushul fiqh.
"Maka saya katakan sekarang untuk memahami Pancasila ini, saya katakan ini konsensus. Jadi, kalau pakai bahasa Islam, bahasa fiqh, Pancasila itu ilahi, religius dari segi sumber dan tujuannya," kata Yudian di Ruang Rapat Komisi II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/2).
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi (kedua kiri) membacakan sumpah saat dilantik di Istana Negara. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Bahkan, dijelaskan dia, kelima sila di dalam Pancasila itu mudah ditemukan di dalam 6 kitab suci agama yang diakui oleh konstitusi yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu.
ADVERTISEMENT
"Perintah bertuhan itu ada, perintah berkemanusiaan itu ada, perintah bersatu ada, perintah bermusyawarah itu ada, perintah berkeadilan itu ada," ujar mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga itu.
Di tengah penjelasan itu, Anggota Komisi II F-Gerindra menginterupsi. "Jadi bukan musuh ya?," tanya Sodik.
Yudian menjawab tidak. Dia memaparkan, kalau agama dikelola secara tidak baik bisa menjadi musuh. Dia memberi contoh kelompok ekstrem yang salah menafsirkan agama dengan menyebut NKRI thogut atau sesuatu yang mesti dilawan.
"Sekarang jadi apa pun termasuk konsep kalau kita ekstremkan akan menjadi laknat, itu hukum Allah bukan hukum saya. Itu yang sedang saya ingatkan, sebaiknya bangsa ini kembali ke konsensus, ini maksud saya awalnya begini," ujarnya.
"Sebab, jika tidak kita kelola dengan baik ini akan menjadi laknat, itu maksudnya agama jadi musuh kalau ada orang-orang beragama menggunakan agama secara sepihak secara ekstrem. Ini menjadi musuh ini yang dimaksudkan. Jadi, tujuan saya ke sana sebenarnya," tutupnya.
ADVERTISEMENT